Covid-19 Aktif Karena Kondisi Lingkungan, Seorang Ahli Percaya Virus Corona Bukan dari Tiongkok

6 Juli 2020, 13:30 WIB
Ilustrasi virus corona (Pikiran Rakyat) /Naswandi/

PR TASIKMALAYA - Seorang Profesor Universitas Oxford mengklaim virus corona kemungkinan tidak dimulai di Tiongkok.

Dr Tom Jefferson malah mengklaim Covid-19 mungkin telah timbul di seluruh dunia akibat kondisi lingkungan.

Penyakit ini pertama kali muncul di Wuhan, Tiongkok, pada akhir tahun lalu dan sejak itu telah membunuh lebih dari 500.000.

Baca Juga: Geram dengan Kelakuan Netizen Indonesia Soal Guyonan Upin & Ipin, Warga Malaysia: Kami Membencinya!

Tetapi Dr Jefferson, tutor senior pada Pusat Pengobatan Berbasis Bukti (CEBM), percaya ada bukti yang berkembang bahwa virus sudah ada di tempat lain.

"Kemana perginya Sars 1? Itu hilang begitu saja. Jadi kita harus memikirkan hal-hal ini. Kita perlu mulai meneliti ekologi virus, memahami bagaimana virus itu bermula dan bermutasi," ujarnya, dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs The Sun. 

Ia mengkalim bahwa virus memang sudah ada sejak lama, namun virus itu baru aktif karena kondisi lingkungan.

"Ada kasus di Kepulauan Falkland pada awal Februari. Sekarang dari mana asalnya? Ada kapal pesiar yang pergi dari Georgia Selatan ke Buenos Aires, dan para penumpang disaring dan kemudian pada hari ke delapan, ketika mereka mulai berlayar menuju Laut Weddell, mereka mendapatkan kasus pertama," ujarnya.

Baca Juga: Idolanya Disebut Masih Hidup, Penggemar Dibuat Terkejut dengan Kehadiran 'Michael Jackson'

Ia menyebutkan bahwa itu adalah suatu kejanggalan yang harus diteliti lebih lanjut dan menyebut virus ini seperti Flu Spanyol dulu.

"Pada tahun 1918 sekitar 30 persen dari populasi Samoa Barat meninggal karena Flu Spanyol, dan mereka tidak memiliki komunikasi dengan dunia luar," tambahnya. 

Penjelasan itu membuatnya yakin bahwa virus ini tidak datang atau pergi ke mana pun.

"Mereka selalu ada di sini dan sesuatu menyulutnya, mungkin kepadatan manusia atau kondisi lingkungan, dan inilah yang harus kita cari," ujarnya.

Baca Juga: Disebut Pansos pada BTS, Charlie Puth Sampaikan Permohonan Maaf pada ARMY

Laporan itu menambahkan bahwa ahli virologi Spanyol mengklaim bahwa mereka telah menemukan jejak penyakit dalam sampel air limbah yang dikumpulkan pada Maret 2019.

Para ahli Italia menemukan bukti dalam sampel limbah pada bulan Desember, sementara para ahli percaya mereka menemukan jejak di Brasil pada bulan November.

Dr Jefferson menyerukan penyelidikan terhadap virus dalam pembuangan kotoran dan penularan feses, dan mengklaim lingkungan yang sudah matang mengaktifkan penyakit.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: The Sun

Tags

Terkini

Terpopuler