Tak Suka Istilah ‘Pemerintah’ yang Berarti Tukang Perintah, Sudjiwo Tedjo: Lebih Pas Pakai 'Pesuruh'

- 6 Januari 2021, 13:20 WIB
Budayawan Sudjiwo Tedjo.
Budayawan Sudjiwo Tedjo. /Instagram.com/@president_jancukers

PR TASIKMALAYA – Budayawan Sujiwo Tejo beberkan alasannya tidak menyukai istilah 'pemerintah'.

Bahkan menurutnya, istilah pemerintah sudah tidak dia gunakan sejak tahun 90an, yang mana pada waktu itu dirinya berprofesi sebagai wartawan di salah satu media.

“Aku menghindari kata “Pemerintah” sejak 90an, waktu jadi wartawan,” tulis Sudjiwo Tedjo dalam akun Twitter pribadinya seperti yang dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com.

Baca Juga: Terungkap! Ternyata ini Alasan PPATK Bekukan Sementara Rekening Penggalang Dana FPI

Alasan Sujiwo Tejo tidak menyukai kata ‘Pemerintah’, karena menurutnya kata tersebut identik dengan arti tukang perintah.

“Sejak lama saya tak suka kata ‘Pemerintah’ yang berarti tukang perintah alias Pangreh Praja, bukan Pamong Praja (government),” pungkasnya.

Bahkan, Sujiwo Tejo menyerahkan kepada ahli untuk membahas penggunaan kata ‘Pemerintah’ agar dapat dibahas dengan lebih tepat.

“Terserah, monggo dibahas para ahli, yang jelas bagiku ‘Pemerintah’ atau tukang perintah nggak pas dengan spirit Pancasila. Bisa pentadbir (tabdir, dari Bahasa Arab di KBBI yang berarti pengatur mirip to govern), pengelola, pamong, dll,” usulnya.

Baca Juga: Soal Efek Samping Vaksin Covid-19, Benarkah Demam Pasca Vaksinasi Jadi Tanda Imunitas Terstimulasi?

Sujiwo Tejo lebih lanjut mengusulkan, kata ‘Pemerintah’ akan lebih tepat jika diganti dengan kata ‘Pesuruh’, karena dirinya menilai komisaris di negeri ini adalah rakyat.

“Cerdas, ‘Pemerintah’ alias tukang perintah mungkin lebih pas diganti ‘Pesuruh’, yaitu pesuruh rakyat sebagai komisaris negeri ini,” tuturnya.

Tangkapan layar unggahan Sudjiwo Tedjo.
Tangkapan layar unggahan Sudjiwo Tedjo. /Twitter

Namun, meski Sujiwo Tejo mengusulkan diganti dengan istilah ‘Pesuruh’, dirinya tidak setuju kalau ‘Pemerintah’ istilahnya diganti dengan ‘Pelayan’.

Ketidaksetujuan tersebut lantaran Sujiwo Tejo menilai, istilah ‘Pelayan’ sudah tercemari oleh oknum-oknum lembaga yang mengaku sebagai pelayan publik.

Baca Juga: Peringatkan Indonesia, Menlu Australia: Pastikan Abu Bakar Ba'asyir Tak Picu Lebih Banyak Kekerasan

“Kata ‘Pelayan’ sudah tercemari oleh oknum-oknum lembaga yang mengaku sebagai lembaga ‘Pelayanan’ publik. Sama dengan kata ‘Demi Bangsa dan Negara’, sudah tercemar dan malah membuat kita cekikikan diam-diam saat mendengar itu diucapkan,” jelasnya.

Selain kata ‘Pemerintah’, Sujiwo Tejo juga menghindari kata ‘meninggal karena’. Alasannya, karena istilah tersebut tidak sesuai dengan negeri yang menganut Pancasila, sebagaimana di negara pancasila hanya Tuhan yang boleh menjadi sebab kematian.

“Aku juga menghindari kata tokoh anu ‘meninggal karena’, selalu kupakai ‘meninggal setelah’ (serangan jantung, stroke dll), sebab di negeri Pancasila, hanya Tuhan yang boleh jadi SEBAB Kematian,” tegasnya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Twitter


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah