PJJ Dinilai Tak Efektif untuk Semua Daerah, Tasya Kamila Berikan Tips Belajar Daring di Masa Pandemi

29 September 2020, 13:18 WIB
TASYA Kamila.* //Instagram.com


PR TASIKMALAYA - Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR tengah mengadakan webinar International Development Student Conference 2020 (IDSC 2020) dan sudah menginjak minggu kedua untuk rangkaian acaranya.

IDSC 2020 adalah sebuah acara dari rangkaian kegiatan tahunan bernama Economic Week 2020.

Aktris Shafa Tasya Kamila telah diundang untuk menjadi narasumber dalam acara tersebut untuk membicarakan tema “The Importance of Education in Times of Crisis”, hari sabtu lalu, 26 September 2020.

Baca Juga: Jadi Musisi Wanita Peringkat 1 Terlama di Billboard, Taylor Swift Unggul dari Rekor Whitney Housten

Syafril Riza, pendiri Today Solution and Passion Enthusiast, bertugas sebagai moderator pada webinar kali ini.

Webinar dilaksanakan dengan mekanisme tanya jawab antara moderator dengan narasumber.

Pertama, Tasya mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 ini sudah pasti menjadi katalisator dalam kemajuan pendidikan daring di Indonesia.

Namun ia berpendapat tidak semua daerah di Indonesia sudah cukup matang untuk menyesuaikan diri dalam situasi ini.

Baca Juga: Satu Persatu Negara Islam Mulai 'Tunduk', Kini Giliran Sudan yang Resmi Berdamai dengan Israel

Dia pun menuturkan bahwa pendidikan daerah sampai dengan saat ini hanya efektif di sebagian daerah saja, utamanya hanya di kota-kota besar.

Kurangnya infrastruktur untuk memudahkan sistem pendidikan daring nyatanya masih menjadi tantangan di wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal).

“Problema infrastruktur ini tidak hanya pada sisi pelajar dan mahasiswa saja, tapi juga terhadap pengajar juga. Nyatanya, tidak semua individu yang terlibat dalam pendidikan Indonesia memiliki akses internet yang merata dan itu merupakan isu dimana pemerintah harus turun tangan,” kata Tasya.

Moderator mengandaikan pendidikan daring ini, selayaknya setiap hal di dunia, selalu memiliki dua sisi mata uang dan Tasya mengamini ungkapan itu.

Baca Juga: Anak-Anak Rentan Stres di Masa Pandemi Covid-19, Peran Orang Tua Penting untuk Mengatasinya

Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu menerangkan sisi positif dari pembelajaran daring yaitu para pelajar dan mahasiswa dipaksa supaya lebih mandiri dalam mengikuti pembelajaran dan mencari sendiri bahan pembelajaran.

Akan tetapi sisi negatifnya, human touch sangat kurang dalam pembelajaran daring ini, sehingga kelangsungan belajar mengajar seringkali membosankan.

“Tantangan infrakstruktur yang telah saya jelaskan tadi dan tentu distraksi yang sangat besar karena kita sedang nyaman dalam rumah kita sendiri merupakan beberapa melankoli dari pembelajaran daring yang kita harus aplikasikan sekarang,” jelas Tasya.

Bukan itu saja, Tasya mengajak peserta IDSC serta para pengajar agar tidak putus asa terhadap istilah gaptek karena, selain menjadi satu-satunya solusi pendidikan di masa pandemi ini, teknologi pun cukup mudah untuk dipelajari.

Baca Juga: Berencana Tarik Diplomasinya, AS Khawatir Irak akan Berubah Menjadi Medan Pertempuran

“Mengatur waktu belajar juga menjadi kunci untuk dapat sukses dalam menjalani pembelajaran daring ini karena distraksi berupa kenyamanan yang ada di rumah sering membuat kita lupa dengan tujuan kita. Kita juga harus lebih sering memotivasi diri sendiri bahwa jadikan masa krisis ini sebagai your moment dalam berkembang menjadi suatu individu yang mumpuni,” Tasya berpesan dengan antusias.

Di penghujung acara, Tasya merasa optimis bahwa pandemi Covid-19 ini akan segera berakhir dan pendidikan daring hanya ada untuk sementara.

Setelah pandemi berakhir, semua sistem pendidikan dapat kembali ke kondisi normal dan para siswa juga mahasiswa bisa menempuh pendidikan dengan human touch.

Baca Juga: Ingin Pandemi Segera Berakhir, Menko Luhut Binsar Meminta Produksi Obat Covid-19 Dipercepat

Tasya pun berkata bahwa peserta yang masih bisa mengikuti pendidikan daring yang minim kesulitan haruslah mensyukuri privilege tersebut karena tidak semua orang dapat memiliki kemakmuran itu.

“Pandemi dapat menjadi suatu masa yang kesepian untuk beberapa orang karena kejenuhan berdiam di rumah selama waktu yang sangat lama. Oleh karena itu kita harus lebih sering stay in touch dengan orang-orang yang kita sayangi karena kesehatan mental adalah hal yang sangat kita butuhkan untuk melewati masa krisis ini,” tandasnya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Unair

Tags

Terkini

Terpopuler