Namun, lanjut La Nyalla, memang tidak semua UMKM yang ada mampu bertahan dari terpaan krisis yang ditimbulkan pandemi Covid-19.
Hal itu dikarenakan, tidak semua komoditas yang dihasilkan, mampu diserap oleh pasar, terutama pada saat pandemi virus Corona.
"Saya mendukung agenda Kadin Jatim yang akan menggelar pameran produk UMKM pada pertengahan November nanti," ujar La Nyalla.
Sementara itu, pemilik usaha Kripik Singkong Lumba-Lumba, Sucipto mengatakan bahwa selama pandemi Covid-19, permintaan produk kripik singkong mengalami penurunan, dan berdampak pada penurunan produksi.
Baca Juga: Genap Satu Tahun Menjabat Jadi Mendikbud, Nadiem Makarim Mendapat Nilai Merah dari FGSI
"Akan tetapi proses produksi masih berjalan. Tidak berhenti," kata Sucipto.
Saat ini, pasokan bahan baku singkong yang diolah berkisar antara 6-8 ton per hari. Sementara pada saat sebelum masa pandemi Covid-19, produksi bisa mencapai 10-12 ton singkong per hari, atau setara dengan 3.000 bungkus kripik singkong per hari.
Kripik singkong produksi Kabupaten Malang tersebut, dipasarkan di toko dan di pasar tradisional. Sementara pemasaran di ritel modern, ia mengaku masih terbatas di satu ritel saja, dan untuk kebutuhan pasar di wilayah Surabaya, Mojokerto dan Malang.
Sucipto mengharapkan ada pelatihan yang bisa memberikan peningkatan kualitas produksi kripik singkong buatannya itu. Dengan adanya peningkatan kualitas, dan perbaikan kemasan, diharapkan produknya bisa menyasar pasar yang lebih luas.
Baca Juga: Geram Atas Sikap Presiden Prancis pada Muslim, Erdogan: Ia Membutuhkan Perawatan dan Periksa Mental