Universitas di Britania Raya Dinilai Super Rasis Bagi Mahasiswa Kulit Hitam, Ini Kata Pakar Pendidikan

- 29 April 2021, 19:58 WIB
Ilustrasi Universitas: Universitas di Britania Raya dituduh menerapkan sistem pendidikan administrasi dan pendidikan super rasis, ini kata pakar pendidikan.
Ilustrasi Universitas: Universitas di Britania Raya dituduh menerapkan sistem pendidikan administrasi dan pendidikan super rasis, ini kata pakar pendidikan. /Pexels/Pixabay

PR TASIKMALAYA – Universitas di Britania Raya dinilai menyediakan sistem administrasi dan pendidikan super rasis bagi murid berkulit hitam serta murid yang berasal dari etnis minoritas.

Pandangan rasis ini disampaikan secara langsung oleh Profesor David Richardson yang merupakan presiden dari persatuan penasihat Universitas di Britania Raya.

Selain didasari oleh pendapat Profesor David Richardson yang juga merupakan pakar pendidikan, Universitas di Britania Raya memang terbukti super rasis dari sejumlah bukti yang berhasil dikumpulkan.

Baca Juga: Nonton Drakor Crash Landing on You, Sepuluh Ribu Murid Korea Utara Serahkan Diri kepada Pihak Berwajib

Dilansir Tasikmalaya.Pikiran-Rakyat.com dari laman The Guardian, Profesor David Richardson mengakui adanya bukti yang jelas dari sistem rasis yang diterapkan di berbagai Universitas Britania Raya.

Sistem tersebut telah berefek nyata kepada murid yang berkulit hitam serta yang berasal dari kelompok etnis minoritas alias pelajar dari negara asing.

Menurut Profesor David Richardson, sistem pendidikan dan administrasi yang terbukti super rasis dan diterapkan di berbagai Universitas di Britania Raya ini harus segera dihapuskan.

Baca Juga: Link Live Streaming dan Sinopsis Sinetron Ikatan Cinta 29 April 2021: Reyna Sembunyikan Surat Hasil Tes DNA

Pembahasan soal Universitas di Britania Raya yang diklaim super rasis ini secara khusus diangkat oleh BBC sebagai serial dokumenter berjudul Is Uni Racist?.

Serial dokumenter ini diliput secara khusus oleh jurnalis senior bernama Linda Adey.

Diketahui bahwa dokumenter ini menceritakan pengalaman empat murid berkulit hitam yang berkuliah di beberapa universitas yang tersebar di Inggris.

Baca Juga: Polisi Berhasil Menangkap Dua WNA Asal India yang Berhasil Lolos dari Karantina Covid-19

Keempat murid itu mengeluhkan soal kekerasan bersifat rasis yang mereka terima selama berkuliah di kampus masing-masing.

Kekerasan bersifat rasis yang mereka terima termasuk tidak diijinkan berpendapat, protes, serta tidak mendapatkan perlindungan yang seharusnya dari pihak kampus.

Murid-murid tersebut juga mengeluhkan bahwa mereka tidak tahu hasil dari komplain yang mereka ajukan ke pihak kampus lantaran adanya hukum di Inggris yang bertujuan untuk melindungi data korporasi.

Baca Juga: Seolah Tepis Anggapan 'Ayah Tak Bertanggung Jawab', Rizki DA Justru Kerap Begadang DemiJaga sang Buah Hati

Ketidaktahuan ini menjadi sumber stres tersendiri bagi para murid tersebut hingga berpengaruh terhadap performa pembelajaran mereka.

Seorang mahasiswa tingkat pertama bernama Zac Adan (19) yang berkulit hitam mengakui dirinya pernah dituduh sebagai pengedar narkoba oleh para petugas keamanan di Universitas Manchester bulan November lalu.

Tanpa alasan yang jelas, Zac Adan didorong ke tembok dan diminta mengeluarkan kartu tanda pengenalnya untuk membuktikan apakah dirinya benar-benar pelajar atau pengedar narkoba.

Baca Juga: Mengunci Diri di Dalam Kamar Karena Takut, Tsania Marwa Gagal Menjemput Anaknya

Insiden ini membuat wakil penasihat di Universitas Manchester, Nancy Rothwell mengundurkan diri.

Akan tetapi Nancy Rothwell bukan mengundurkan diri lantaran menyesali apa yang terjadi kepada Zac Adan melainkan karena dirinya ketahuan berbohong di acara televisi nasional.

Kebohongan Nancy Rothwell adalah dirinya mengakui telah menyurati Zac Adan secara resmi sebagai perwakilan universitas untuk meminta maaf.

Baca Juga: Penjelasan Antropolog Soal Merebaknya Fenomena Babi Ngepet, Tuyul dan Pesugihan di Masyarakat

Menurut Zac Adan, hingga kini dirinya masih trauma dengan kejadian tersebut.

Akan tetapi Zac Adan setuju untuk membagikan ceritanya di acara dokumenter BBC karena ingin agar universitas yang tersebar di Britania Raya bisa membenahi sistem yang mereka terapkan dan berhenti menjadi rasis.

“Reputasi universitas yang diutamakan. Bagaimana mereka mempromosikan diri di depan publik dan media lebih penting ketimbang kesejahteraan serta kesehatan mental dari para mahasiswanya,” komentar Zac Adan soal sistem rasis terselubung yang diterapkan di berbagai universitas di Britania Raya.

Profesor David Richardson kemudian menambahkan kalau pihak universitas memang sengaja menutup-nutupi isu rasis yang terjadi karena takut nama kampus mereka nantinya tercoreng.

Baca Juga: Punya Saldo ATM Senilai 1.5 Milyar Rupiah, Putri Tanjung: Sumpah Demi Allah

Selain itu, Profesor David Richardson juga menyayangkan perilaku para mahasiswa yang menurutnya tidak seberani Zac Adan untuk menceritakan kekerasan berbau rasis yang telah mereka terima dari pihak kampus.

Kebanyakan mahasiswa takut apabila mereka membuka mulut dan membeberkan isu rasis yang terjadi di universitas, maka karier akademik mereka bisa hancur dan akan sulit mendapatkan pekerjaan setelah lulus nanti.

Menanggapi tuduhan universitas di Britania Raya sebagai universitas super rasis, pihak Universitas Manchester pun buka suara.

Baca Juga: Resmi Bercerai dengan Eryck Amaral, Aura Kasih Tidak Pusingkan Biaya untuk Anak

“Kami sudah dan terus berusaha untuk memperkuat sistem kami dalam pendekatan terhadap kesetaran, serta kolaborasi dalam perbedaan dan inklusi yang dibahas dengan para mahasiwa dan pegawai kami,” jelas pihak Universitas Manchester.

Secara tidak langsung, Universitas Manchester telah mewakili universitas di Britania Raya untuk membantah tuduhan Profesor David Richardson soal mereka yang dianggap telah menerapkan sistem pendidikan dan administrasi super rasis.***

Editor: Tita Salsabila

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x