Panen Kritikan, Mendikbud Nadiem Makarim: Nyinyir Tanda Tak Nyaman dengan Perubahan

31 Januari 2020, 12:30 WIB
Mendikbud Nadiem Makarim ketika menjadi pembicara dalam diskusi di Jakarta pada Kamis, 30 Januari 2020.* //ANTARA/ Prisca Triferna

PIKIRAN RAKYAT – Program kerja yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadiem Makarim banyak menuai kritikan.

Bukan hanya dikalangan masyarakat umum saja, tapi dari kalangan pemerintah juga. Meski menuai polemik, ia menyambut baik semua kritikan tersebut, karena untuk membangun program lebih baik lagi.

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Kantor Berita Antara, Nadiem Makarim menyambut baik resistensi atau kritik yang membangun atas kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, bukan yang tidak memberikan solusi.

Baca Juga: Warga Jepang Kurang Suka Roti, Restoran Cepat Saji Asal Amerika Bikin Burger Berbahan Nasi

“Menurut saya dari sisi pemerintah kalau tidak ada resistensi sama sekali itu artinya Anda tidak melakukan tugas Anda. Kalau kita ingin melakukan perubahan di semua bidang di Indonesia harus dilakukan perubahan yang drastis,” ujar Nadiem.

Nadim mengatakan, tidak ada bidang pemerintah yang tidak perlu melakukan lompatan untuk mengejar kemajuan.

Resistensi memang sangat diperlukan untuk melihat sejauh mana perubahan yang ingin dilakukan oleh pemerintah dan juga berdampak seperti apa nantinya.

Baca Juga: Yayan Ruhian Beraksi Lagi, Film Kolaborasi Malaysia-Indonesia Tampilkan Laga Sekelas Hollywood

Nadiem melihat, resistensi yang konsturktif sebagai hal yang positif. Ia menyebut resisten tipe ini adalah kritik yang membantu pemangku kepentingan menyadari risiko-risiko dari kebijakan mereka

Selanjutnya, Nadiem mengambil contoh kebijakan Kampus Merdeka yang baru-baru ini dikeluarkan.

Kritik yang dilontarkan untuk kebijakan itu berhasil membuat Kemendikbud mengidentifikasi permasalahan. Salah satunya masalah biaya bagi mahasiswa kurang mampu untuk pergi ke daerah lain guna melakukan magang atau proyek desa.

Baca Juga: Tiga Kecamatan di Tasikmalaya Punya Kapolsek Baru

“Di satu sisi ada juga resistensi yang tidak produktif, itu hal-hal yang sifatnya hanya meng-highlight risiko tanpa memberikan solusi. Nyinyir tapi bawaannya lebih emosi, biasanya karena tidak nyaman dengan perubahan,” tambah Nadiem.

Nadiem mengatakan kritik yang tidak membangun itu biasanya memiliki asumsi bahwa kondisi pendidikan Indonesia saat ini sudah lumayan, ini asumsi yang berbahaya.

“Padahal pendidikan Indonesia membutuhkan lompatan drastis untuk bisa mengatakan pembelajaran terjadi di ruang kelas," tegas mantan CEO Gojek Indonesia.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler