Lanjutnya, terkait anjloknya harga saham, bukan terjadi di Indonesia saja. Tetapi pasar dunia.
Sehingga, ia menilai seolah diatur untuk menyerang Anies Baswedan.
“Jadi sistematis sekali untuk memarahi Anies. Jadi Ridwan kamil itu agak genit juga menanggapi ini. Mungkin dalam rangka persaingan juga,” sindir Said Didu, dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Warta Ekonomi dengan judul Ridwan Kamil Kena Jewer Said Didu: Yang Penting Hajar Anies Baswedan.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa nilai transaksi pasar modal normal maka ada pada kisaran Rp 7 sampai 8 triliun. Tetapi saat ini hanya Rp 4 sampai 5 triliun per hari akibat krisis pandemi.
Baca Juga: Mencoba untuk Bangkit, ini Fokus 9 Sektor Pembangunan Jawa Barat Pasca Pandemi di 2021
Karena itu juga, ia menanyakan data Rp 277 triliun yang dikatakan hilang ketika adanya statemen Anies soal PSBB total.
“Hari itu, hanya setengah hari transaksi, berarti kalau pun keluar maka maksimum Rp 5 trilun. Dari mana 277 trilun? itu alasan pertama,” jelasnya.
Dikatakan, untuk menganalisis harga saham, tidak hanya satu variabel. Ia menduga, penyebab utama harga saham anjlok itu bahwa adanya pernyataan akan adanya revisi Undang-Undang Bank Indonesia (BI) dan menyatakan bahwa akan ada dewan moneter.
Baca Juga: Ruangan Isolasi Covid-19 Ditambah, Terawan: Hotel Bintang 2 dan 3 di Jakarta Kemungkinan Dilibatkan
“Itu artinya terjadi otoritarian di bidang moneter. Semua pelaku pasar agak was-was seperti itu, karena bisa saja ekonomi jalan dengan mekanisme pasar tetapi mekanisme kekuasaan. Pelaku pasar sangat takut adanya mekanisme kekuasaan, Ini penyebab ke dua menurut saya.”Said Didu.