Menurutnya, para jurnalis harus melakukan verifikasi dan konfirmasi ulang mengenai pernyataan konten tersebut kepada objek yang dimaksud untuk mengetahui fakta yang sebenarnya.
“Jadi bukan hanya berpatokan pada satu material. Oh ini omongannya dan videonya, tapi itu tidak cukup. Teknologi bisa menirukan itu semua. Jadi harus konfirmasi. Artinya para jurnalis harus mengenali informasi objek informasi tersebut lebih dalam,” jelasnya.
Tak hanya itu, Firman meminta para pers untuk lebih jeli dan teliti dalam memilah informasi yang diterima.
Baca Juga: Keren! 6 Aktor Pendatang Baru yang Mulai Bersinar di Tahun 2023
Para pers juga harus menjalankan tugas jurnalistik sesuai dengan kaidah supaya produk berita yang dihasilkan tetap berkualitas, berlandaskan fakta dan data yang akurat.
Sementara, menurut Firman, keberadaan deepfake ini, menjadi pemicu para pers agar untuk lebih berhati-hati dalam mengolah informasi supaya tidak terkecoh dengan manipulasi kejahatan teknologi ini. ***
Selengkapnya dapat Anda baca di Google News