Hal tersebut diperkuat dengan kalimat ‘warga negara’, bukan laki-laki ataupun perempuan.
“Sejarah pejuang harus masuk ke dalam pendidikan, diceritakan kepada orangtua kita tidak ada yang lain,” pungkasnya.***
Hal tersebut diperkuat dengan kalimat ‘warga negara’, bukan laki-laki ataupun perempuan.
“Sejarah pejuang harus masuk ke dalam pendidikan, diceritakan kepada orangtua kita tidak ada yang lain,” pungkasnya.***
Editor: Tyas Siti Gantina
Sumber: ANTARA