Baca Juga: Kumpulan 25 Link Twibbon Menyambut Muktamar Nahdlatul Ulama ke-34, Pasang Sekarang Juga
"Kebangkitan ini pun tidak terelakkan, karena dunia sedang bergulat dalam persaingan antarnilai untuk menentukan corak peradaban di masa depan. Selain itu, dinamika internasional telah mengarah pada perwujudan satu peradaban global yang tunggal dan saling berbaur (single interfused global civilization)," tutur Yahya Cholil Staquf, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara.
Pihaknya mempertegas bahwa persaingan yang sengit ini berpotensi besar memicu permusuhan dan kekerasan.
Yahya Cholil Staquf menawarkan strategi dan model perdamaian dunia sebagaimana yang selama ini telah dipraktikkan warga Nahdlatul Ulama atau NU.
"Langkah awal harus mengidentifikasi nilai-nilai yang menjadi kesepakatan bersama, antara lain kejujuran, kasih-sayang dan keadilan.
Baca Juga: Miftachul Akhyar Jadi Rais Aam PBNU, AHWA Minta Tak Rangkap Jabatan
Berikutnya, dunia harus membangun konsensus atas nilai-nilai yang disepakati pihak yang berbeda-beda itu untuk hidup berdampingan secara damai.
Bahkan nilai-nilai tradisional yang menghambat koeksistensi damai pun layak untuk diubah. NU tidak memiliki kategori kafir dalam konteks negara bangsa modern," katanya.
Sebelum pemilihan Ketua Umum PBNU digelar, Yahya Cholil Staquf juga mendapatkan pujian dari Tokoh perempuan NU, Yenny Wahid.
Yenny Wahid mengungkapkan kelebihan Yahya Cholil Staquf dan menyebutnya sebagai sosok yang kuat dalam basis tradisi.