Network
PR TASIKMALAYA - Baru-baru ini Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini menuai banyak sorotan publik.
Hal tersebut lantaran Tri Rismaharini tampak berhujan-hujanan dengan ditemani seorang ajudan yang memayunginya untuk membantu menambal jalan.
Sorotan tersebut juga datang dari Rocky Gerung yang turut memperhatikan perilaku yang ditunjukkan oleh Tri Rismaharini.
Bahkan Rocky Gerung menyebut bahwa tindakan Tri Rismaharini yang menambal jalan tersebut akan menimbulkan berbahaya bagi masyarakat yang melewatinya.
Baca Juga: Tes Psikologi: Pilih Hewan Mana yang Menurut Anda Paling Menarik untuk Menemukan Pesan bagi Anda
Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari kanal YouTube Rocky Gerung Official yang dibagikan pada 6 Desember 2021, Rocky Gerung menerangkan bahwa Tri Rismaharini melakukan kegiatan tersebut ditemani banyak kamera di sekitarnya.
"Ya itu, ada seorang menteri di situ dan ada 300 kamera. Itu karena klak klik klak klik, seluruh sudut dipasang kamera," ujarnya.
"Jadi kita bisa lihat, bagaimana Kemensos ini kan, di ujungnya video itu 'Kemensos hadir'," tuturnya.
Dijelaskan oleh Rocky Gerung bahwa seharusnya Tri Rismaharini hanya membuat kebijakan sesuai dengan tugasnya sebagai menteri.
Baca Juga: PPKM di Luar Provinsi Jawa dan Bali Kembali Diperpanjang, Simak Update Level Daerah Selengkapnya
"Kan kebijakan itu yang jadi tugas menteri (adalah) membuat kebijakan, bukan nambal badan jalan itu. Itu justru bikin macet," ucapnya.
Rocky Gerung menjelaskan bahwa bebatuan yang dipindahkan oleh Tri Rismaharini justru akan menjadi petaka bagi motor yang melintas.
"Saya lihat kayak enggak ada koordinasi, masa batu kali segede-gede apa di taruh di tengah jalan," ungkapnya.
"Terus di taruh pasir, begitu motor lewat, (bisa) tergelincir tuh," ucapnya.
Baca Juga: Jokowi Sebut Indonesia Sukses Mengatasi Covid-19: Teliti Mengendalikan Pandemi
Diungkapkan oleh Rocky Gerung bahwa Tri Rismaharini tak akan mengerti bagaimana teknik yang sesungguhnya untuk menambal jalan.
"Ini enggak ngerti tekniknya, ini sekadar untuk supaya ada headline untuk menyeimbangi berita tentang disabilitas mungkin," ujarnya.
"Jadi terlihat selalu kemampuan kita untuk membaca persoalan itu dangkal sekali," ujarnya.***
