Kebangkitan pergerakan nasional Indonesia sebenarnya bermula bukan dari Boedi Oetomo, melainkan yang mengawalinya adalah beridirnya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1995 di Pasar Laweyan yang ada di Solo.
Pada awalnya, serikat ini berdiri hanya untuk menandingi pedagang Cina yang saat itu mendominasi.
Namun berkembang menjadi sebuah organisasi pergerakan, memasuki tahun 1906 nama tersebut berubah menjadi Sarekat Islam.
Salah satu Komite Boemi Poetera yaitu Suwardi Suryaningrat meniliskan "Als ik eens Nederlander was" yang artinya "Seandainya aku orang Belanda".
Kemudian pada tanggal 20 Juli 1913, pemerintah Hindia Belanda diprotes keras lantaran merayakan 100 tahun keerdekaan Belanda di Hindia Belanda.
Baca Juga: Tak Bersedia Tanggapi Pertanyaan Tentang Israel, Joe Biden Sebut akan Tabrak Wartawan dengan Truk
Lantaran tulisan tersebut, dr. Tjipto Mangunkusumo serta Suwardi Suryaningrat dihukum serta diasingkan ke Banda dan Bangka.
Namun karena dapat memilih, keduanya pun memilih untuk dibuang ke Negeri Belanda.
Setelah sampai di Belanda, Suwardi justru belajar banyak mengenai ilmu pendidikan.