PR TASIKMALAYA - Apakah kamu mengetahui bahwa hampir semua manusia dewasa memiliki tungau mikroskopis yang hidup di pori-pori wajah?
Memang terdengar menyeramkan, tetapi makhluk transparan yang terlalu kecil untuk dilihat mata telanjang itu hampir pasti hidup di wajah kita.
Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari NPR, tungau wajah memiliki panjang sekira 0,3 milimeter.
Baca Juga: Tantang KSP Moeldoko Buktikan Pernyataannya, Ossy Dermawan: Jangan Tebar Fitnah dan Hoax
"Mereka terlihat seperti cacing kecil yang gemuk," kata Michelle Trautwein , ahli entomologi di California Academy of Sciences di San Francisco, AS.
Makhluk bernama Demodex Folliculorum itu dinamai dari kata dalam bahasa Yunani yang berarti 'gemuk' dan 'cacing membosankan'.
Meski dinamai cacing, Demodez sama sekali bukan cacing, tetapi arakhnida, berkerabat kutu dan laba-laba.
Baca Juga: Jadwal Lengkap Matchday 3 Piala Menpora 2021: Hari ini Arema FC vs PSIS Semarang
Michelle mempelajari DNA makhluk mikroskopis ini dan menemukan bahwa mereka berkaitan dengan inang manusianya.
Temuannya menunjukkan bahwa orang di berbagai belahan dunia memiliki tungau wajah yang berbeda.
Michelle kemudian mengungkapkan bagaimana tungau-tungau tersebut dapat ditemukan.
"Kami menggunakan sendok kecil dan mengikisnya di bagian wajah seseorang yang berminyak. Tapi ini tidak seburuk kedengarannya," ujarnya.
Michelle telah menguji lebih dari 2.000 partisipan, termasuk para pendatang dari seluruh dunia yang belajar di California Academy of Sciences.
Dari sanalah dia menemukan bukti DNA tungau wajah milik masing-masing partisipan.
"Tidak ada yang senang pada gagasan awal bahwa mereka memiliki kerabat laba-laba di wajah mereka," ungkap Michelle.
"Tetapi orang sering kali penasaran, bahkan dalam rasa jijik mereka," tambahnya.
Tungau wajah, yang disebut sebagai Demodex Folliculorum dan Demodex Brevis, menghabiskan hari-hari mereka tertelungkup di dalam folikel rambut.
Mereka terbiasa bersandar di batang rambut dan tidak dapat terlihat.
Mereka memakan sebum, minyak yang diproduksi kulit untuk melindungi dan menjaga kulit agar tidak mengering.
Itulah mengapa bagian tubuh yang paling berminyak, seperti di daerah mata, hidung, dan mulut, kemungkinan memiliki populasi tungau yang lebih tinggi dibanding area yang lain.
Tungau hidup selama dua minggu. Mereka menghabiskan sebagian besar waktu di dalam pori-pori.
Tetapi ketika inang manusianya tidur, mereka merangkak ke permukaan kulit untuk kawin sebelum kembali untuk bertelur.
Karena mereka tinggal di dalam pori-pori, kita tidak dapat menggosoknya dengan sabun wajah.
Pada dasarnya, tidak mungkin bagi kita untuk menyingkirkan semua tungau wajah.
Lalu, bagaimana Michelle bisa menemukan dan mempelajari tungau? Yakni dengan lem.
"Saya benar-benar menempelkan lem pada kaca mikroskop dan menempelkannya ke dahi seseorang, lalu perlahan-lahan saya mengupasnya," terang Michelle.
"Mereka tidak berbahaya dalam arti luas karena kita semua memilikinya dan kebanyakan dari kita tampaknya cukup akrab dengan mereka," pungkasnya.***