PR TASIKMALAYA – 100 hari kepemimpinan Presiden Joko Widodo jilid dua, dipertanyakan keberhasilannya oleh sejumlah kalangan.
Sorotan publik atas keberhasilan kepemimpinan Jokowi diantaranya terkait dengan masalah penanganan ekonomi dan pandemi Covid-19.
Menariknya, peringkat popularitas Jokowi tetap stabil di mata masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa ketidak pastian yang dialami oleh Indonesia dialami juga oleh negara lainnya di dunia.
Baca Juga: Dijadikan Nama Jalan di Abu Dhabi, Komisi I DPR: Bukti Kesuksesan Jokowi di Mata Dunia
Pengamat Politik dari Thing-Tank Charta Politika, Yunarto Wijaya menyatakan, Jokowi sekuat tenaga berusaha keras untuk memprioritaskan penanganan kesehatan rakyat dan kestabilan ekonomi Indonesia disaat yang sama.
“Kita tahu bahwa seluruh dunia tidak dalam kondisi normal. Kita melihat semua negara mengalami perlambatan, melenceng dari target, dan sebenarnya pencapaian ekonomi Indonesia tidak seburuk itu,” ujar Wijaya.
Wijaya menambahkan, pemerintahan saat ini tidak bisa dibandingkan secara langsung dengan rezim sebelumnya, ditambah lagi dengan parahnya pandemi.
Baca Juga: Jadwal Acara SCTV Hari ini, 22 Oktober 2020: FTV Dokter KW Spesialis Cinta
Bahkan tidak adil membandingkan kinerja Jokowi dengan periode kepemimpinan sebelumnya di tahun 2015.
Survey yang dilakukan oleh Vox Populi Research Center menyatakan, kepuasan masyarakat terhadap kepemimpinan Jokowi saat ini mencapai angka 64,7 persen.
Pengamat ekonomi politik dari Think-Thank Center for Strategic and International Studies (CSIS), Edbert Gani mengatakan, lebih dari 50 persen masyarakat Indonesia berpikir bahwa perekonomian berada dalam keadaan lemah.
Baca Juga: Gandeng Google, Kemenag Laksanakan Program Pengembangan Madrasah
Menariknya, meski masyarakat Indonesia menilai perekonomian Indonesia berada di titik lemah namun tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Jokowi tidak menurun drastis.
“Artinya masyarakat paham bahwa ini adalah situasi global. Ketidakpastian saat ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi tersebar secara global,” jelasnya.
Tercatat kini, pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan sekitar 5 persen dalam beberapa tahun terakhir. Namun, pembatasan yang diberlakukan untuk menekan angka Covid-19 menyebabkan ekonomi berkontraksi 5,32 persen pada kuartal kedua tahun 2020.
Baca Juga: Jadwal Acara NET Hari ini, 22 Oktober 2020: Intip Keseruan 'The Return of Superman'
Gani menambahkan, kelas menengah ke bawah merupakan kelompok masyarakat yang merasakan dampak besar pandemi Covid-19.
Oleh karena itu, bantuan langsung kepada masyarakat merupakan langkah tepat yang diambil oleh pemerintah Indonesia.
Kerentanan kelas menengah dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang mendaftar kartu prakerja. ***