Prediksi Multibencana Jelang Puncak Fenomena La Nina, BMKG Beri Peringatan

13 Oktober 2020, 21:06 WIB
Ilustrasi dampak La Nina. /PIXABAY/David Mark

PR TASIKMALAYA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan pemerintah dan masyarakat untuk tetap waspada.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta masyarakat untuk mengantisipasi bencana alam karena puncak fenomena La Nina di Indonesia akan terjadi akhir tahun 2020.

“La Nina puncaknya Desember 2020. Sehingga kita perlu mewaspadai puncak La Nina dan musim hujan dalam kisaran Desember-Januari-Februari," ujar Dwikorita.

Baca Juga: UU Ciptaker Pangkas Panjangnya Birokrasi di Klaster Riset dan Inovasi

Dwikorita mengungkapkan bahwa dampak La Nina yang mengakibatkan curah hujan tinggi itu sudah terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia sejak Oktober 2020 ini.

Hingga saat ini, BMKG telah memprediksi terdapat 27,5 persen wilayah Indonesia yang akan mengalami hujan di luar kewajaran akibat fenomena La Nina.

Adapun beberapa wilayah tersebut antara lain, Sumatera Utara, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Riau, Aceh.

Baca Juga: Gedor Pembangunan Tol Cisudawu, DPR Berharap Bisa Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Perlu diketahui, La Nina merupakan fenomena alam yang terjadi karena meningkatnya suhu permukaan Samudera Pasifik timur dan tengah, kemudian menyebabkan peningkatan suhu kelembapan pada atmosfer di atas perairan.

Hal itu mengakibatkan pembentukan awan dan meningkatkan curah hujan di kawasan
tersebut.

BMKG memperkirakan dampak La Nina di Oktober 2020 akan menerpa hampir seluruh wilayah Indonesia, kecuali Sumatera dan Papua bagian timur.

Baca Juga: Bio Farma Pastikan Harga Vaksin Covid-19 Tidak Memberatkan Pemerintah

Namun meskipun tanpa La Nina, Sumatera sudah mengalami curah hujan tinggi karena kondisi topografi lokal.

“Jadi kesimpulannya mulai Oktober-November 2020 seluruh wilayah Indonesia perlu diwaspadai. Bagaimana Desember? La Nina itu semakin menguat,” lanjut Dwikorita.

Adapun sebanyak 73 persen wilayah di Indonesia sebenarnya sudah memasuki musim hujan pada Oktober-November 2020.

Baca Juga: Buntut Demonstrasi, Sejumlah Stasiun MRT Ditutup dan Rute KA Jarak Jauh Dialihkan

Sisanya sebanyak 27 persen, sudah mengalami musim hujan seperti Jawa Barat sejak September 2020, atau bahkan Papua dan Ambon sudah sejak April 2020.

Ia mengimbau masyarakat untuk mengantisipasi kondisi cuaca, dengan mencari informasi melalui aplikasi BMKG, yang menyediakan data rinci hingga tingkat kecamatan.

Data di aplikasi BMKG itu akan diperbarui setiap tiga jam dan dapat memprediksi kondisi cuaca untuk tujuh hari ke depan.

Baca Juga: Prabowo Subianto: UU Ciptaker Mengakomodir 80 Persen Permintaan Buruh

"Jadi hari ini 13 Oktober, kita bisa cek 19 Oktober gimana kondisi cuaca di setiap kecamatan di Indonesia untuk perkembangan setiap 3-6 jam dalam satu hari," ungkapnya.

Lebih jauh Dwikorita pun mengingatkan untuk mengantisipasi badai La Nina pada Oktober hingga November nanti.

Terdapat beberapa wilayah yang harus mendapat prioritas penanganan antara lain, di Pulau Jawa sampai dengan Nusa Tenggara.

Baca Juga: Keterisian Ruang Isolasi Turun, Ridwan Kamil: Jangan Sampai Menyentuh Angka Kritis

“Prioritas Jawa, tergantung bulannya. Untuk Oktober- November terutama Jawa hingga Nusa Tenggara, Sulawesi terutama bagian Selatan, tengah juga Kalimatan Tengah, Kepulauan Maluku.

"Lalu, Papua Barat, termasuk Maluku Utara. Kemudian di bulan Desember itu terlihat di sini terutama wilayah Indonesia Tengah,” papar Dwikorita.

Terpisah, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Kemaritiman) Luhut Binsar Panjaitan menuturkan fenomena La Nina perlu diantisipasi sedini mungkin.

Baca Juga: Plt Gubernur Bengkulu: Amar Maruf Dilakukan dengan Etika Santun dan Menyejukan Umat

Alasannya, fenomena tersebut, menurut BMKG berpotensi menimbulkan multibencana mulai dari gempa hingga tsunami.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler