Pemilu 2024 Harus Diniatkan Seperti Shalat, Guru Besar UIN Sebut Sifat Dengki dan Benci Perlu Dihilangkan

8 Februari 2024, 21:55 WIB
Petugas KPU Kota Bogor menunjukkan contoh surat suara saat sosialisasi Pemilu 2024 kepada warga binaan di Lapas Kelas IIA Paledang, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (3/2/2024). /ANTARA FOTO/ARIF FIRMANSYAH/

PR TASIKMALAYA - Perhelatan kontestasi Pemilu 2024 tinggal beberapa hari lagi, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung Prof. Bambang Qomaruzzaman memaparkan sebuah pandangan soal Pemilu.

Menurut Bambang, Pemilu 2024 harus diniatkan seperti seseorang melaksanakan ibadah shalat. Supaya bersih dari sifat dengki dan benci agar tercipta kedamaian.

“Pemilu harus diniatkan seperti shalat. Diawali dengan suci dari kedengkian dan kebencian, dilakukan dengan terus-menerus menghadirkan yang ilahi, dan diakhiri dengan hasil yang menciptakan damai bagi seluruhnya,” kata Bambang pada 8 Februari 2024.

Bambang berpendapat bahwa ada konsep di Pemilu 2024 yang bisa timbulkan efek damai. Konsep tersebut adalah fastabiqul khairat yang berarti berlomba-lomba dalam kebaikan.

Baca Juga: Pernyataan Yenny Wahid Soal Ponpes Tebuireng, Sebut Sudah Berkomunikasi Langsung

Di samping itu, kata dia, agama juga menjadi panduan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa selama Pemilu 2024.

Fastabiqul bukan duel yang harus mengalahkan, membuat malu, atau mematikan lawan. Istabaqa dibangun atas kesadaran ada banyak yang baik, karena itu harus dicari mana yang terbaik,” tuturnya dikutip dari ANTARA.

Bambang yakin jika Pemilu 2024 berjalan damai selama semua pihak yang terlibat, menghadirkan ajaran agama di segala langkah. Kemudian agama juga mendorong untuk terciptanya pemimpin yang adil dan punya integritas supaya mampu memimpin bangsa dengan penuh kedamaian.

“Siapa pun yang menampakkan kepemilikan karakter keadilan dapat dipilih menjadi pemimpin. Siapa pun itu. Pada Pemilu 2024, ketiga capres dan cawapres memiliki posisi dan peluang yang sama di mata Islam,” imbuh dia.

Baca Juga: Cegah WNA Nyoblos di Pemilu 2023, KemenkumHAM DKI Lakukan Antisipasi

Di lain hal, ia mengingatkan seharusnya tidak ada satupun calon yang dianggap mewakili Islam bahkan memonopoli agama tertentu untuk menang.

“Pada perhelatan ini, rakyat bertindak sebagai juri dalam musabaqah (perlombaan). Tentulah ada pilihan yang berbeda, sesuai dengan selera dan tingkat pemahaman terhadap calon. Perbedaan pilihan seharusnya tidak membuat yang satu membenci yang lain, semuanya hanyalah ikhtiar ijtihadi,” katanya.

Bambang tidak lupa mengajak masyarakat untuk kedepankan perdamaian di atas perbedaan politik, karena kedamaian jauh lebih penting. Serta ia juga mengingatkan bahwa perbedaan merupakan hal biasa namun tidak dijadikan sebagai bahan keributan.

“Kita harus menjadikan perbedaan kiblat pilihan sebagai ajang fastabiqul khairat (berusaha menjadi yang pertama dalam setiap kebaikan)," harapnya.

Baca Juga: Hasil Survei Poltracking Indonesia di Jatim: Pasangan Prabowo-Gibran Unggul Telak, Angkanya di Atas 50 Persen

Setelah itu, Bambang berpesan agar Pemilu 2024 dalam segi penyelenggaraan berjalan damai dan tidak menciptakan suatu hal yang berpotensi memancing kecurigaan.

“Para capres-cawapres harus tampil sebagai sosok penuh kedamaian, karena ucapan dan perilakunya dapat menginspirasi para pendukungnya. Paslon yang ucapan dan perilakunya memancing kedamaian, dialah yang memenangkan fastabiqul khairat," tandas Bambang.***

Editor: Al Makruf Yoga Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler