Megawati Sebut KAMI Incar Posisi Presiden, Din Syamsuddin: Kenapa Serang Pribadi Bukan Isi Masalah?

30 Agustus 2020, 12:02 WIB
Din Syamsuddin. (Antara) /

PR TASIKMALAYA - Sejak dideklarasikan, Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) selalu mendapat sindiran, kritikan dan nyinyiran dari berbagai pihak.

Tak terkecuali, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menyebut bahwa KAMI dihadiri banyak tokoh yang ingin jadi presiden.

Ia menyebut bahwa para deklarator itu lebih dulu mencari partai ketimbang membuat gerakan.

Baca Juga: Hatinya Gampang Tersentuh, Berikut ini Zodiak yang Sangat Mudah Menangis dan Cara Mengatasinya

Pasalnya, sistem di Indonesia mengharuskan calon kepala daerah apalagi presiden perlu memiliki dukungan parpol.

Dalam hal ini, Presidium dan deklarator KAMI, Din Syamsuddin menyayangkan kritikan yang keluar dari mulut Megawati itu.

Ia menyebut bahwa kritikan yang datang itu justru kesannya hanya menyerang pribadi dan bukan pada substansi masalah.

KAMI mengajukan pikiran-pikiran kritis dan korektif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara yang menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945.

Baca Juga: Tanggapi Soal Isu Dinasti Politik di Solo dan Medan, AHY: Asal Fair, Tidak Ada Kekuasaan Tertentu

"Kenapa mereka tidak mau menanggapi isi tapi berkelit menyerang pribadi dan mengalihkan opini?" kata Din, dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Warta Ekonomi dengan judul KAMI Heran ke Kubu Megawati: Kenapa Mereka Serang Pribadi?

Din lalu mempersilakan pihak yang menyerang KAMI untuk menjawab berbagai persoalan yang diajukannya.

Salah satu pertanyaanya terkait oligarki politik. Di mana tidak ada demokrasi sejati dalam partai politik karena keputusan partai ditentukan oleh segelintir bahkan satu orang.

Hal itu yang mengakibatkan DPR dikendalikan oleh oligarki sehingga aspirasi rakyat terabaikan.

Baca Juga: Iqbaal Ramadhan Tampil Gondrong, Disebut Mirip Fiersa Besari

Pertanyaan lain yang diajukan KAMI yakni terkait budaya politik dinasti, yang menyiapkan anak-cucu menjadi penguasa dengan menghalangi orang-orang lain yang sebenarnya lebih berkualitas yang mengakibatkan demokrasi Indonesia terkikis.

"KAMI menanti tanggapan, bukan pengalihan," ujarnya.*** (Redaksi WE Online)

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Warta Ekonomi

Tags

Terkini

Terpopuler