Kisah di Balik Trendingnya #SaveBabi di Media Sosial, dari Wabah Penyakit hingga Salah Paham

11 Februari 2020, 08:55 WIB
Massa yang mengatasnamakan gerakan #SaveBabi melakukan aksi long march saat menolak pemusnahan ternak babi tekait wabah penyakit, di Lapangan Merdeka Medan, Sumatera Utara, Senin 10 Februari 2020.* /SEPTIANDA PERDANA/ANTARA FOTO/ANTARA FOTO

PIKIRAN RAKYAT- Setelah dua hari terakhir tagar SaveBabi trending di twitter. Puncaknya pagi ini, Selasa, 11 Februari 2020 pukul 06.00 WIB, kembali tagar ini menjadi trending nomor satu di Twitter. Saat berita ini dibuat, tagar tersebut masih menempati posisi lima teratas.

Diketahui tagar ini merupakan imbas dari isu pemerintah yang akan memusnahkan hewan yang sering dikonsumsi dan menjadi sumber perekonomian masyarakat Sumatera Utara ini.

Pasalnya baru-baru wabah African Swine Fever (ASF) terjadi di provinsi tersebut.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 11 Februari 2020, Leo Dengarkan Kata Hati dan Sagitarius Putuskan Hubungan yang Tak Sehat

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari situs Guardian, ASF adalah penyakit babi yang sangat menular. Gejala paling umum dari virus tersebut adalah suhu badan yang tinggi dan kehilangan nafsu makan.

Gejala lainnya yang lebih parah adalah muntah, diare, dan kesulitan bernafas dan berdiri.

Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini, beberapa di antarnya memiliki tingkat kematian yang tinggi hingga 100%.

Selain itu, ASF dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Baru-baru ini penyebaranya pun berbeda-beda, salah satunya dari kutu serangga.

Baca Juga: Gara-gara Virus Corona, Populasi Warga Negara Indonesia di Tiongkok Turun Drastis

Dengan adanya fakta-fakta tersebut, isu pemusnahan yang akan dilakukan oleh pemerintah sebenarnya merupakan hal yang wajar.

Namun pemerintah Sumut tidak mengambil kebijakan ini karena mempertimbangkan perekonomian.

Selain itu pemusnahan ternak babi juga melanggar prinsip Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office Internatioanl des Epozooties).

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Tasikmalaya Selasa 11 Februari 2020: Bungursari Hujan Lokal, Salopa Berkabut

Belum ada keputusan resmi dari pihak pemerintah Sumut tentang penanganan wabah virus AFS ini.

Upaya yang sudah dilakukan baru pembentukan Tim Unit Reaksi Cepat yang bertugas melakukan penyemprotan dan pembersihan kadang babi.

Namun masyarakat mengambil langkah dengan mengadakan aksi demo. Diduga aksi ini dilatarbelakangi statement Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi terkait wacana pemusnahan.

Baca Juga: Pele, Pesepak Bola Legendaris Itu Kini Depresi dan Mengurung Diri di Rumah

Seperti dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Kantor Berita Antara, ribuan orang yang tergabung dalam gerakan aksi damai tolak pemusnahan babi di Sumatera Utara menggelar unjuk rasa di depan kantor DPRD Sumut, Senin 10 Februari 2020.

Aksi massa yang bertajuk Gerakan #Savebabi merupakan bentuk penolakan terkait isu pemusnahan babi di Sumatera Utara akibat wabah African Swine Fever (ASF) yang terjadi di provinsi tersebut.

"Save babi, save babi," teriak Boasa Simanjuntak, saat berorasi.
 
Baca Juga: Ramalan Zodiak 11 Februari 2020, Leo Dengarkan Kata Hati dan Sagitarius Putuskan Hubungan yang Tak Sehat
 
Dari atas mobil komando, ia menyebutkan berulang kali bahwa babi merupakan sumber perekonomian mereka.

"Kami makan dari babi. Anak kami kuliah dari babi. Save babi, save babi," ujarnya.

Dalam aksinya, massa membawa sejumlah atribut seperti ulos dan spanduk menolak rencana pemusnahan babi di Sumatera Utara. Aksi tersebut mendapat pengawalan dari pihak kepolisian.
 
Namun di sisi lain, Edy menyebutkan, pihaknya tidak pernah mengeluarkan kebijakan tersebut. Ia menganggap demo ini salah paham.***
Editor: Gugum Rachmat Gumilar

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler