PR TASIKMALAYA – Baru-baru ini, viral awan berwarna-warni setelah terjadi gempa di Malang, Jawa Timur.
Fenomena awan berwarna-warni usai gempa Malang tersebut terjadi karena difraksi atau interferensi cahaya matahari.
Pasca gempa Malang, awan warna-warni terlihat jelas di sekitar Blitar, Jawa Timur pada Sabtu, 10 April 2021.
Lantas fenomena apa yang menyebabkan awan terlihat warna-warni di daerah tersebut?
Berikut penjelasan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) seperti yang dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari akun Instagram @lapan_ri pada Minggu, 11 April 2021.
Berdasarkan kedudukan matahari (yang terlihat di prakiraan foto yang beredar), kehadiran awan tebal dengan tepian bening, diperkirakan merupakan irisasi atau cloud iridescent.
Sumber dari irisasi tersebut kemungkinan berasal dari difraksi cahaya matahari atau interferensi cahaya matahari, yang terjadi pada butir-butir air/Kristal-kristal es mikro di bagian transparan awan.
Pada irisan, pandangan kita terhalang oleh awan ke matahari. Bagian tepi awan cukup tipis dan transparan.
Hal tersebut memungkinkan cahaya matahari yang melintasinya terdifraksi atau terinterfensi.
Sebab, bukan cahaya monokromatik, (sinar dengan warna tunggal), maka difraksi atau interferensi cahaya matahari tidak menghasilkan pola gelap dan terang, sebagaimana halnya biasa dipraktikan di laboratorium fisika.
Fenomena tersebut mirim ketika kita bermain gelembung sabun. Pada gelembung terdapat warna-warni pelangi.
Warna-warni pelangi itulah yang merupakan hasil dari produksi difraksi atau interferensi cahaya matahari oleh lapisan tipis.
Ukuran Kristal es menjadi penentu. Jika butir-butir kristalnya lebih besar (membentuk lempeng heksagonal), maka yang akan terjadi adalah lingkaran cahaya atau halo.
Irisan produk difraksi terbentuk ketika jarak sudut antara matahari dan awan warna-warni tersebut 10 derajat, maka interferensi lebih dominan.
Jadi, interaksi cahaya matahari dengan butir-butir air/Kristal es dalam awan tidak hanya menghasilkan halo matahari yang viral tersebut.
Namun, bisa juga memproduksi irisasi dan pelangi api. Fenomena seperti ini dianggap sebagai pemandangan langit yang wajar, sehingga tidak pernah dimasukan ke dalam laporan cuaca.
***