Terus Diguyur Hujan Selama Sebulan, Kualitas Manggis di Kabupaten Tasikmalaya Alami Penurunan Ukuran

- 1 Maret 2020, 18:11 WIB
Intensitas hujan yang tinggi dalam satu bulan terakhir membuat kualitas manggis yang siap panen di Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya turun dari standar kualitas ekspor, minggu (1/3/2020).*
Intensitas hujan yang tinggi dalam satu bulan terakhir membuat kualitas manggis yang siap panen di Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya turun dari standar kualitas ekspor, minggu (1/3/2020).* //KP/ ARIS MF

PIKIRAN RAKYAT - Intensitas hujan yang tinggi dalam satu bulan ini membuat para petani dan pengepul buah manggis di Kecamatan Puspahiang, Kabupaten Tasikmalaya sedikit murung.

Pasalnya, kualitas buah manggis yang mereka panen untuk kebutuhan ekspor ke beberapa negara di Asia ini menjadi sedikit buruk atau turun.

Secara ukuran, buah manggis yang dipanen kali ini menjadi lebih kecil dari ukuran normal. Bahkan tidak banyak yang tidak memenuhi kualitas standar ekspor.

Baca Juga: Diduga Dikeroyok Geng Motor, Seorang Pemuda di Kota Tasikmalaya Kritis

Akibatnya, buah manggis yang petani panen banyak yang tersortir dan hanya masuk dalam kualitas BS (barang sortiran).

Tentunya, harga manggis kualitas BS ini dihargai jauh lebih murah yakni hanya Rp 5.000 per kg saja. Penjualannya pun hanya masuk ke ke pasar lokal. Sementara buah manggis kualitas ekspor mampu dihargai oleh pengepul Rp 25.000 per kg.

Salah seorang petani manggis asal Desa/Kecamatan Puspahiang, Iwan menuturkan, meski belum memasuki masap panen raya, namun para petani manggis sebagaian sudah memulai melakukan panen dari kebun manggis mereka.

Baca Juga: Hadiri 'Mieling Poe Basa Indung Sadunya' di Kota Tasikmalaya, Warga Tumpah Ruah Ikuti Kesenian dan Permainan Tradisional

Secara kuantitas, pada awal panen kalini sudah cukup bagus. Akan tetapi secara kualitas, manggis yang mereka panen tidak terlalu baik.

"Memang sekali panen banyak, bisa 1 kuintal lebih. Namun sayangnya kualitasnya buruk. Walau sudah matang, namun ukurannya kecil-kecil. Akibatnya banyak yang tidak masuk kualitas ekapor," jelas Iwan, Minggu 1 Maret 2020.

Kondisi ini diprediksi akibat curah hujan tinggi manakala bakal buah manggis siap matang. Idealnya curah hujan tidak terlalu tinggi, sehingga bakal buah manggis bisa berkembang dengan sempurna. Curah hujan juga membuat kulit buah manggis menjadi hurik dan dipenuhi oleh semacam jamur.

Baca Juga: Silaturahmi Sekaligus Promosi Film, Guru SMA 71 Ungkap Pribadi Gading Marten

"Jika kualitas seperti ini, untuk pasar lokal pun susah masuk. Karena buah manggis terlihat seperti dipenuhi jamur, padahal ini getah yang mengering," tambahnya.

Salah seorang pengepul manggis warga Desa Deudeul, Kecamatan Taraju, Wahyu Dede S mengatakan, akibat banyaknya buah manggis yang masuk kategori BS, maka pada awal panen kali ini petani tidak mampu meraup untung banyak.

Pasalnya manggis yang dijual mayoritas kualitas BS, sementara manggis kualitas ekspor paling banyak hanya satu pertiganya saja.

Baca Juga: Susul Nigeria, Thailand Umumkan Korban Meninggal Dunia Pertama Akibat Virus Corona

"Separuhnya masuk kualitas ekspor sudah untung. Ini paing 70 persen BS, 30 persenjya yang bagus," jelas Wahyu.

Pihaknya berharap, intensitas musim hujan kali ini bisa lebih stabil. Sehingga tidak terlalu berpengaruh pada kualitas manggis yang bakal mereka panen.

Jika sudah panen raya, setiap harinya ratusan ton manggis bisa ditampung dari para petani. Buah manggis ini kemudian disortir secara ketat untuk di ekspor ke Tiongkok.***

Editor: Tyas Siti Gantina


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x