"Mereka mengajukan dulu, kemudian ada surat pernyataan dari asosiasi. Kalau sampai tidak menerapkan standar protokol kesehatan, ya tidak boleh," tegasnya.
Meski dirasa sudah cukup baik, namun pihaknya menilai kasih ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan.
Baca Juga: Reka Ulang Pembacokan Kasus John Kei, Korban Ditusuk Berkali-kali hingga Tewas
Di antaranya tanda pada jalur saat di pelaminan, supaya tamu yang datang bisa tahu agar tidak mendekati pengantin.
"Ada beberapa masukan. Tapi relatif sudah baik. Tinggal tanda jalurnya, dan itu semua harus 'ngetrap' panggungnya, supaya tetap berjarak tamu dan pengantinnya," ungkap Yana.
Walau demikian, ia optimis selama menerapkan standar protokol kesehatan dengan sangat ketat, maka bisa menggelar resepsi pernikahan dengan kapasitas 30 persen.
Baca Juga: Bertengkar Perihal Secangkir Teh yang Kurang Manis, Seorang Pria Sayat Leher Sang Istri hingga Tewas
"Makanya, ke depan supaya tahu membatasi 30 persen itu tidak boleh ada standing party. Jadi semua harus duduk. Kalau duduk akan terukur. Juga physical distancing-nya bisa lebih terkendali," tuturnya.
Selain itu, Yana menegaskan, pihaknya melarang anak-anak dan lansia datang ke resepsi pernikahan. Hal tersebut dikarenakan dua kelompok usia tersebut dinilai sangat berisiko.
"Nanti harus ada ruang isolasi khusus, jika ada tamu dengan suhu tubuh yang tinggi. Terus ada ruang isolasi, kalau suhunya melebihi diisolasi dulu. Tunggu beberapa menit dicek lagi. Kalau turun boleh, tapi kalau tetap kita minta dirujuk ke Puskesmas," jelasnya.***