PR TASIKMALAYA - Mensos Risma mengungkapkan bahwa korban predator seks di Bandung kesulitan untuk melanjutkan pendidikan.
Risma mengatakan bahwa hal ini akibat dari pesantren tempat korban menimba ilmu tidak memberikan rapot dan dokumen pendidikan.
Hal itu disampaikan korban oleh lima korban predator seks di Bandung kepada Tim dari Kementerian Sosial.
"Keinginan mereka untuk bisa sekolah ini menemui kendala pada tidak adanya ijazah atau rapot," tutur Risma, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari laman Antara News.
Baca Juga: Novel Baswedan Bongkar Jurus Berantas Korupsi Meski Hanya ASN Polri: Lebih Mudah
"Padahal kan usia mereka ada yang sudah 18 tahun," ucap Risma.
Saat ditemui tim Kementerian Sosial para korban terlihat mengalami trauma berat.
Oleh sebab itu dalam kunjungan nya tim Kementerian Sosial mencoba memberi rasa nyaman pada korban dan bertanya mengenai harapan mereka.
"Kemensos sudah mengirimkan tim untuk merespon kasus. Pengamatan tim yang datang menemui, mereka terlihat masih sangat trauma," ujar Risma.
"Kunjungan itu lebih diarahkan untuk memberikan ketenangan dan motivasi kepada anak serta mengetahui harapan mereka," ucap Risma.
Selain lima korban di Bandung, ada empat santriwati yang menjadi korban pemerkosaan yang berasal dari garut.
Ke empat santriwati asal garus tersebut bahkan sudah memiliki anak, salah satunya mempunyai dua anak.
Menanggapi hal itu Kementerian Sosial menyatakan bahwa pihaknya pastikan berikan pendampingan pada korban pemerkosaan predator seks.
Dengan memberikan bantuan pemulihan trauma para korban, mendampingi proses hukum, dan membantu melanjutkan pendidikan.***