Ungkap Penyebab Banjir Rancaekek, Pakar Hidrologi: Alih Fungsi Lahan Secara Masif

- 14 Januari 2021, 20:19 WIB
Ilustrasi Banjir Besar Cicalengka Rancaekek Shammil
Ilustrasi Banjir Besar Cicalengka Rancaekek Shammil /Shammil Fachrial Suryapraja
PR TASIKMALAYA - Musim hujan yang terus mengguyur membuat sebagian wilayah di Indonesia khususnya Jawa Barat, mengalami bencana banjir dan longsor. 
 
Kawasan Rancaekek di timur Bandung dan Jatinangor, Sumedang menjadi kawasan yang sering terdampak banjir terutama ketika musim penghujan tiba. 
 
Pakar hidrologi dari Universitas Padjajaran bernama Prof. Chay Asdak mengungkapkan, penyebab dari seringnya banjir di kawasan Rancaekek dan Jatinangor. 
 
 
Ketika wilayah tersebut diguyur hujan berbagai persoalan timbul sehingga banjir kerap menggenangi wilayah tersebut. 
 
Hal pertama yang Prof. Chay Asdak ungkapkan adalah adanya alih fungsi lahan yang berada di kawasan Gunung Geulis, sebelah timur Jatinangor. 
 
“Sisi timur Gunung Geulis itu kan sudah terjadi alih fungsi lahan secara masif, tanaman menyerupai hutan sekarang sudah berubah menjadi permukiman,” ungkap Prof. Chay dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs resmi Pemprov Jabar.
 
 
Selain adanya alih fungsi lahan yang terjadi di Dunung Geulis, lereng di sisi timurnya juga banyak penggerukan pasir. 
 
Akibat dari penggerukan pasir di lereng Gunung Geulis, dapat mengakibatkan meningkatnya run off aliran air ke permukaan yang lebih rendah. 
 
Dengan begitu, kawasan di Jatinangor dan Rancaekek yang berada di kawasan bawah menjadi korban dimana gelontoran air dari gunung tersebut karena telah mengalami kerusakan. 
 
 
Masalah lain yang menyebabkan dua kawasan tersebut terkena banjir adalaha tergerusnya lahan persawahan yang berubah menjadi kawasan pemukiman. 
 
Menurut Prof. Chay, adanya kawasan persawahan menjadi area parkir air ketika hujan turu sehingga tidak akan meluber ke wilayah yang ada di bawahnya.
 
"Sayangnya, jumlah area pesawahan di wilayah ini terus menyusut oleh permukiman dan industri," lanjutnya.
 
 
Persoalan kedua, banjir di Jatinangor dan Rancaekek diakibatkan sarana drainase yang tidak memadai. Seluruh jalan di kawasan tersebut banyak yang tidak disertai dengan sarana drainase di bahu jalan.
 
Menurut Guru Besar bidang ilmu pengelolaan daerah aliran sungai Fakultas Teknologi Industri Pertanian Unpad tersebut, persoalan kedua adalah adanya pendangkalan serta penyempitan di sungai pada kawasan tersebut.
 
Akibat adanya sedimentasi serta erosi, lumpur serta sampah, sungai-sungai yang berada di kawasan Rancaekek dan Jatingangor mengalami pendangkalan.
 
 
“Jangankan di Jatinangor, Kota Bandung saja yang infrastruktur dan monitoring sampahnya lebih baik, tetap masih jadi persoalan saat hujan,” ujarnya.
 
Prof. Chay menambahkan, terkait adanya pembangunan tol di kawasan Jatinangor harus melihat dulu apakan proyek tersebut mengganggu sistem drainase atau tidak. 
 
“(Proyek tol) tidak ada masalah asal drainasenya juga sesuai,” imbuhnya.
 
 
Terkait persoalan banjir di dua wilayah tersebur, Prof. Chay menuturkan bahwa untuk mengatasinya perlu kesadaran dari berbagai pihak. 
 
Bukan hanya kesadaran dari Pemerintah namun adanya kesadaran dari masyarakat juga diperlukan dengan diminta untuk sabar dan tidak membuang sampah ke wilayah sungai.
 
Terkait dari birokrasi, beliau menuturkan bahwa masalah banjir yang berada dikawasan Rancaekek dan JAtinangor merupakan tanggung jawab dari berbagai wilayah administrasi. 
 
 
Tiga wilayah diantaranya Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung, dan Kota Bandung dapat melakukan kerjasama untuk mengangani daerah rawan banjir ini. 
 
“Provinsi juga harus mengatur. Ini yang belum pernah kita dengar,” katanya.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Situs Resmi Pemerintah Provinsi Jawa Barat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x