Temukan Retakan Pasca Longsor Cihanjuang, Ahli Geologi: Berpotensi Longsoran Susulan

- 14 Januari 2021, 17:16 WIB
Longsor di Cihanjuang
Longsor di Cihanjuang /Basarnas.go.id/
PR TASIKMALAYA - Longsor di Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang menimbulkan korban jiwa pada Sabtu 9 Januari 2021.
 
Ahli bidang longsoran tanah dan geologi teknik Insitut Teknologi Bandung, Dr Eng Imam Achmad Sadisun ST MT, menanggapi hal itu.
 
Imam mengingatkan agar masyarakat setempat tetap harus waspada akan adanya bahaya dari longsor susulan. 
 
 
Potensi adanya longsor susulan tersebut diperoleh dari tinjauan langsung menuju lokasi terjadinya longsor oleh tim dari KK Geologi Terapan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB.
 
Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Antara, Imam menyebut, timnya telah menemukan retakan lain yang berada pada jarak tujuh meter dari lokasi kejadian. 
 
Retakan tersebut berada di bagian atas lereng yang dekat dengan jalan, serta dari adanya rekahan yang ditemukan harus menjadi sebuah kewaspadaan terhadap adanya longsor susulan. 
 
 
"Kita melihat longsoran susulan ini belum berhenti. Tim ITB ke sana retakan itu ternyata masih ada sampai ke jalan di perumahan yang ada di atas dan paling jauh jaraknya 7 meter, nah ini suatu saat bisa jadi meluncur lagi (longsor)," ujarnya.
 
Imam mengatakan, longsor yang terjadi di Cimanggung tidak hanya sekali terjadi dan setidaknya ada empat kali kejadian longsoran menurut banyak saksi mata di lokasi tersebut.
 
"Dari berbagai dokumentasi foto dan video, dapat diamati dengan jelas bahwa longsoran susulan cenderung berkembang menuju arah gawir utama atau mahkotanya,” jelasnya.
 
 
Berdasarkan peta geologi pada daerah tersebut, Imam mengungkapkan bahwa lokasi yang menjadi tempat terjadinya longsor merukapan lokasi yang masuk zona merah, serta kuning yang berarti bahwa daerah tersebut memiliki potensi longsor yang tinggi dan sangat tinggi.
 
"Sehingga untuk perumahan dan pemukiman peruntukkannya sangat terbatas," lanjutnya.
 
Ia pun menyarankan agar pihak terkait selalu memperhatikan UU Penataan Ruang dan Lahan di kawasan yang berpotensi longsor.
 
Imam juga menjelaskan terkait potensi longsoran susulan yang akan terjadi bukan merupakan longsoran biasa namun berupa longsoran kompleks
 
 
Kejadian longsor di Sumedang terjadi karena adanya proses gelinciran atau sliding pada bagian atas ampai proses aliran atau flowing yang berada di bagian tengah dan bawah dalam sistem longsoran. 
 
"Kejadian longsoran yang diikuti oleh proses aliran lumpur atau bahkan aliran bahan rombakan umumnya menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan,” katanya.
 
Berdasarkan pengamatan dan analisisnya, area longsoran Cimanggung ini berawal dari bagian tengah sistem lereng yang ada.
 
 
Tempat inilah awal terganggunya keseimbangan atau kestabilan lerengnya ditambah dengan terjadinya hujan lebat.
 
Selain itu, Imam juga menyebutkan bahwa lahan tersebut baik di area atas lereng nengah sampai bawah lahannya telah banyak dibuka untuk area perumahan
 
Proses terbentuknya longsoran ini dikontribusi dari adanya kenaikan tekanan dari pori dan berat isi material yang membentuk lereng oleh infiltrasi dari air hujan.
 
 
Imam mengusulkan agar pemerintah dapat melakukan upaya penanganan atau mitigasi bencana terkait akan adanya bahaya mengenai longsor susulan
 
Upaya untuk menangani longsoran baru dapat dilakukan dengan penataan yang dilakukan dari atas tebing seperti stabilisasi lereng dengan perkuatan material pembentuk lereng atau pemberian truktur untuk penahan lereng yang dilakukan bertahap sampai pengaturan drainase permukaan serta bawah permukaan dengan baik.
 
"Atau jika tidak dilakukan penataan ulang kawasan, bisa dengan cara merelokasi masyarakat yang ada di sekitar lokasi longsor ke tempat aman," tandasnya.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x