Kisah Heroik Tentara asal Korea, Ganti Nama jadi Komarudin hingga Ditembak Mati di Garut

10 November 2020, 11:47 WIB
Komarudin alias Yang Chil Seong, tentara Korea Selatan yang ditembak mati di Kabupaten Garut. Kini dimakamkan di TMP Tenjolaya, Tarogong Kidul.* //ANTARA/ Feri Purnama

PR TASIKMALAYA - Memperingati Hari Pahlawan Nasional setiap tanggal 10 November, tidak lepas dari kisah pilu dan haru.

Tahun ini, Indonesia memperingati sejarah dan perjuangan para pahlawan nasional di tengah pandemi Covid-19.

Meski begitu, Presiden Joko Widodo pun meminta masyarakat untuk meneladani semangat juang para pahlawan, demi memutus rantai virus corona.

Baca Juga: Bandara Soetta Dipadati Massa HRS, Penumpang Bisa Reschedule Penerbangan

Menengok sejarah, Indonesia memiliki banyak pahlawan nasional yang tersebar hampir di seluruh pelosok nusantara.

Ada Bung Tumo, Cut Nyak Dien, R.A. Kartini, Pangeran Diponegoro, Otto Iskandardinata, Mohammad Toha, Jenderal Sudirman, dan masih banyak lagi.

Namun, tahukah Anda bahwa ada pahlawan asal Korea yang ikut membantu mengorbankan raganya untuk Indonesia?

Baca Juga: Pencipta Kartun 'Scooby-Doo', Ken Spears Meninggal Dunia

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Antara, pahlawan asal Negeri Ginseng itu bernama Yang Chil Seong, yang dimakamkan di Kabupaten Garut.

Pria yang lahir pada 1919 silam itu ditembak mati dan jasadnya dikebumikan di Taman Makan Pahlawan Tenjolaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Kisah hidup Yang yang dikenal sebagai pahlawan heroik dibukukan oleh Pemerintah Korea Selatan sebagai tanda penghormatan jasa-jasanya.

Baca Juga: Armenia dan Azerbaijan Sepakat Akhiri Konflik, Rusia: Kemungkinan Besar akan Gagal

Pada tahun 1942, Yang dibawa oleh Jepang ke Indonesia, tepatnya ke Bandung, di mana Korea pun dulu sempat dijajah Jepang.

Namun, Jepang yang akhirnya menyerah dan mengakui kemerdekaan Indonesia tidak membawa kembali pulang pasukan Korea yang dibawanya.

Yang akhirnya mau tidak mau menetap di Indonesia bersama dua tentara Jepang, Aoki dan Hasegawa. Ketiganya pun pergi ke Garut dan bergabung dengan pejuang pribumi.

Baca Juga: Donald Trump Mendadak Pecat Menteri Pertahanan AS Mark Esper

Yang, Aoki, dan Hasegawa masuk ke dalam pasukan Pangeran Papak. Mereka mengganti namanya menjadi, Komarudin, Abubakar, dan Usman.

Yang merubah namanya menjadi Komarudin itu lantas menikahi gadis asal Kota Dodol dan memutuskan untuk memeluk agama Islam, begitu pula dengan dua tentara Jepang lain.

Yang kemudian dikenal sebagai ahli perakit bom, Aoki dan Hasegawa dikenal punya strategi perang. Ketiganya pun berhasil menghalau pasukan Belanda.

Baca Juga: Peringati Hari Pahlawan, Jokowi: Perjuangan Memutus Rantai Penyabaran Covid-19

Aksi ketiganya ditandai dengan peledakan bom di Jembatan Pabrik Tenun Garut (PTG) yang terletak di jembatan Sungai Cimanuk.

Kejadian itu membuat tentara Belanda murka dan berniat mencari ketiganya. Mereka pun ditangkap di Gunung Dora, perbatasan Kabupaten Garut dan Tasikmalaya.

Yang dan kedua koleganya kemudian dihukum mati, sedangkan seorang pribumi dipenjara sumur hidup. Yang harus menerima timah panas sebab ditembak mati.

Baca Juga: Detik-detik Kedatangan Habib Rizieq, Massa Rela Berjalan Sejauh Lima Kilometer

Yang ditembak mati di hadapan warga Garut, tepatnya di Lapangan Kerkof pada 10 Agustus 1949. Ia sempat berpesan untuk dimakamkan secara Islam.

Awalnya, Yang dimakamkan di TPU Pasir Pogor, Kecamatan Tarogong Kidul, namun Pemkab Garut kemudian memindahkannya ke TMP Tenjolaya pada tahun 1982.

Batu nisan bernama Komarudin itu dikabarkan sering dikunjungi oleh sanak saudaranya dari Korea Selatan dan sempat diberikan upacara militer khusus oleh Pemerintah Korsel.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler