Jadi Festival Perikanan Terbesar, Aquafest 2020 Digelar Virtual

27 September 2020, 22:00 WIB
ILUSTRASI ikan hias air tawar. /hobinatang

PR TASIKMALAYA - Pameran tahunan akuakultur terbesar di Indonesia bertajuk Aquafest 2020 diadakan secara virtual oleh Himpunan Mahasiswa Akuakultur (Himakua) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University.

"Utamanya, kegiatan ini diselenggarakan untuk mengangkat pamor ikan-ikan hias Indonesia serta memperkenalkan akuakultur kepada masyarakat," ujar Ketua Pelaksana Aquafest 2020, Muhammad Ikhsan, Minggu, 27 September 2020.

Ikhsan menyebut, pandemi Covid-19 tidak akan memengaruhi tekad untuk mengadakan kegiatan tersebut.

Baca Juga: Masih Pakai Sarung, Seorang Kakek dan Mahasiswi Terjaring Razia Mesum

Aquafest 2020 yang telah dimulai sejak 26 September 2020 akan berlangsung hingga 18 Oktober 2020. Kegiatan ini memiliki dua kategori besar untuk ditampilkan, yakni e-conference dan perlombaan.

E-conference dilakukan dalam bentuk seminar virtual dan lokakarya, sementara perlombaan berupa kontes infografis, videografis, dan kontes video foto.

Dalam pembukaannya,Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University,  Luky Adrianto mengungkapkan, Aquafest berperan sebagai branding dan ikon sekaligus role model untuk menyatukan kreativitas, ilmu pengetahuan dan bisnis di sektor perikanan dan kelautan.

Baca Juga: Update Virus Corona Minggu, 27 September 2020: Kasus Positif Covid-19 Bertambah 3.874 Orang

"Saya berharap akuakultur dapat dijadikan sektor yang dapat memulihkan perekonomian Indonesia pascapandemi, tentunya dengan melibatkan multiscale farmer dari skala kecil hingga industri serta menjadi lokomotif utama perekonomian Indonesia," Luky menuturkan.

Pembukaan festival ini diikuti dengan seminar virtual series pertama dengan tema "Transformasi Akuakultur dalam Menghadapi Tantangan serta Peluang di Era Disruptif".

Seminar virtual (webinar) ini dilakukan untuk merespon gelagat industri akuakultur yang kekurangan sumber daya manusia dan minimnya penanganan penyakit ikan.

Baca Juga: 30 Tahun Mengaku Reinkarnasi Yesus, Pemimpin Sekte di Siberia Ditangkap Polisi

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Slamet Soebjakto, mengungkapkan adanya potensi luar biasa yang mesti dijalankan untuk pembangunan akuakultur di masa depan.

Produk andalan baru yang terus bertambah harus dioperasikan lebih lanjut dan terus dikembangkan, misalnya ikan-ikan asli daerah seperti gabus, belida, hingga udang galah.

Slamet pun menerangkan akuakultur di era pandemi ini menyerap tenaga kerja secara signifikan. Ini merupakan akibat dari beberapa tren yang sedang berkembang, sehingga hanya perlu diperhatikan area budidayanya saja.

Baca Juga: Lily Collins Resmi Bertunangan dengan Sutradara Charlie McDowell

Tantangan di masa pandemi Covid-19 yang dimiliki sektor budidaya perikanan diantaranya kondisi sarana dan prasarana yang kurang mencukupi, penurunan harga barang, dan penyesuaian sistem logistik.

Sementara itu, saat ini pemerintah sedang mengutamakan program peningkatan ekspor udang untuk tahun 2024 sebagai barang dengan nilai tertinggi di sektor perikanan budidaya.

Akuakultur berkelanjutan pun akan terus diusahakan, tidak saja dalam segi produktivitas, tetapi juga dalam perekonomian sosial yang akan diusahakan oleh pemerintah di tahun 2024, pendapatan minimal warga di bidang tersebut akan lebih dari 4,6 juta rupiah per bulannya.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler