Baca Juga: Berulah Lagi! Israel Bombardir Jalur Gaza hingga Hancurkan Infrastruktur
Pengumuman ini dikaitkan dengan Cogat, sebuah badan yang berada di bawah Kementerian Pertahanan Israel dan bertugas mengkoordinasikan urusan dengan Palestina.
Mereka mengungkapkan bahwa penilaian keamanan akan menjadi faktor penentu apakah perlintasan perbatasan akan tetap terbuka.
Sementara itu, dalam sebuah pernyataan, kelompok "Pemuda Revolusioner," yang telah mengorganisir serangkaian aksi protes dalam beberapa pekan terakhir, mengumumkan penghentian sementara demonstrasi mereka.
Keputusan ini diambil setelah mediator menjanjikan bahwa Israel akan menghentikan tindakan-tindakan provokatif di Yerusalem dan merelaksasi blokade di Gaza.
Baca Juga: Kasus Omicron Pertama Terdeteksi di Gaza, Kata Kemenkes Palestina
Hazem Qassem, juru bicara kelompok bersenjata Hamas yang memerintah di Gaza dan menentang kesepakatan perdamaian dengan Israel, mengutuk tindakan Israel yang terus melanggar hak-hak penduduk Gaza untuk bergerak bebas dengan seringnya menutup perbatasan dan memblokir wilayah tersebut.
Israel telah menghalangi sejumlah besar kiriman barang ke Gaza dengan alasan keamanan, dan mereka memiliki hak untuk membatasi ekspor dari wilayah tersebut.
Menurut data dari IMF, pendapatan per kapita penduduk Gaza hanya sekitar seperempat dari pendapatan penduduk Palestina di Tepi Barat yang diduduki.
Sementara itu, Bank Dunia mencatat tingkat pengangguran di Gaza hampir mencapai angka 50 persen, mencerminkan kondisi yang sangat sulit di wilayah tersebut.***