Perempuan Afghanistan Lakukan Unjuk Rasa Tuntut Pemenuhan Hak dan Tuduh Taliban Membunuh Mantan Tentara

- 29 Desember 2021, 12:29 WIB
Perempuan di Afghanistan berkerumun untuk berunjuk rasa menyerukan pemenuhan hak sekaligus menuduh Taliban membunuh mantan tentara.
Perempuan di Afghanistan berkerumun untuk berunjuk rasa menyerukan pemenuhan hak sekaligus menuduh Taliban membunuh mantan tentara. /REUTERS/Stringer

PR TASIKMALAYA – Perempuan di Afghanistan berkerumun dan berbaris melalui di ibu kota negara itu untuk menyerukan hak-hak mereka.

Hak-hak yang dituntut perempuan Afghanistan adalah untuk dihormati dan menuduh pihak berwenang Taliban diam-diam membunuh tentara yang bekerja pada bekas pemerintah yang didukung Barat.

Sekitar 30 perempuan berkumpul di dekat sebuah masjid di pusat Kabul, Afghanistan, dan berbaris beberapa ratus meter meneriakkan keadilan.

Kerumunan perempuan di Afghanistan itu akhirnya dihentikan dan dibubarkan oleh pasukan Taliban.

Baca Juga: Deddy Corbuzier Sentil Produser Sinetron yang Shooting di Gunung Semeru: Jangan Adegan Biasa!

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Al Jazeera, Taliban juga berusaha mencegah wartawan meliput unjuk rasa tersebut.

Protes oleh perempuan itu diorganisir untuk melawan pembunuhan misterius terhadap orang-orang muda, terutama mantan tentara negara itu.

Pejuang Taliban secara singkat menahan sekelompok wartawan dan menyita peralatan dari beberapa fotografer, menghapus gambar dari kamera mereka sebelum mengembalikannya.

Baca Juga: 10 Quotes Paling Inspiratif dari Putri Diana dalam Bahasa Inggris dan Terjemahannya!

Sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus, mereka secara efektif melarang protes tanpa sanksi dan sering melakukan intervensi untuk memblokir demonstrasi menentang kekuasaannya.

Protes itu terjadi beberapa minggu setelah laporan terpisah oleh PBB, Amnesty International dan Human Rights Watch mengatakan ada tuduhan kredibel lebih dari 100 pembunuhan di luar proses hukum oleh Taliban sejak pengambilalihan.

“Saya ingin memberitahu dunia, memberitahu Taliban untuk berhenti membunuh. Kami menginginkan kebebasan, kami menginginkan keadilan, kami menginginkan hak asasi manusia," kata pengunjuk rasa Nayera Koahistani.

Baca Juga: Pemulang Rongsokan di Bima Meninggal Dunia Usai Suntik Vaksin Covid-19, Polisi: Sedang Dilakukan Penyelidikan

Dalam sebuah pernyataan yang dibacakan oleh pengunjuk rasa Laila Basam, para demonstran meminta Taliban untuk menghentikan mesin kriminalnya.

Pernyataan itu mengatakan mantan tentara dan mantan karyawan pemerintah yang digulingkan berada di bawah ancaman langsung, melanggar amnesti umum yang diumumkan oleh Taliban pada Agustus.

Para pengunjuk rasa juga menyampaikan keberatan terhadap pembatasan yang dihadapi perempuan di bawah pemerintahan Taliban.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Langit yang Anda Suka Ungkap Kepribadian Tersembunyi Anda

Pemerintah mengeluarkan pedoman baru pada akhir pekan, melarang wanita bepergian jarak jauh kecuali dikawal oleh kerabat dekat pria.

“Hak-hak perempuan adalah hak asasi manusia. Kami harus mempertahankan hak kami,” kata Koahistani.

Berbicara dari Kabul, Mahbooba Saraj, ketua Jaringan Wanita Afghanistan, mengatakan langkah itu membuat perempuan sulit untuk berkeliling karena btidak memiliki mahram untuk menemani mereka.

Baca Juga: 15 Link Twibbon Kalender 2022 dari Desain Populer, Cocok Diunggah ke Media Sosial

“Ini adalah cara lain untuk menempatkan pembatasan pada wanita tanpa alasan yang jelas,” ujarnya.

Para pemimpin Taliban telah berusaha untuk memproyeksikan citra yang lebih moderat dalam beberapa bulan terakhir, termasuk mengatakan perempuan dan anak perempuan akan dapat bersekolah dan bekerja sesuai dengan hukum Islam.

Sekolah untuk anak perempuan di bawah Taliban tidak menentu, dan di banyak provinsi, mereka tidak diizinkan bersekolah setelah kelas enam, tetapi di lebih dari 10 provinsi, sekolah dibuka.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x