Diketahui, sistem perawatan kesehatan Myanmar hampir runtuh sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih dalam kudeta 1 Februari.
Banyak pekerja medis bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil.
Mereka menolak bekerja di rumah sakit yang dikelola militer sebagai protes atas aturan junta.
Baca Juga: Simak Pemicu, Gejala, Cara Mengobati dan Mencegah Sakit Kepala Migrain
Banyak fasilitas kesehatan dan pekerja menjadi sasaran pasukan keamanan, menurut kelompok hak asasi manusia.
Meski begitu, militer telah mengimbau para dokter untuk kembali bekerja.
Empat dokter, empat perawat dan 10 pembantu perawat yang ditangkap di gereja itu sebelumnya telah didakwa dengan hasutan atas penolakan mereka untuk bekerja, kata laporan itu.
Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), hampir 1.300 warga sipil telah tewas dan lebih dari 10.000 ditangkap sejak kudeta.
Junta militer menolak data AAPP tersebut, yang telah dikutip oleh PBB, dan menuduhnya bias.