Sebut Berkomitmen Akhiri Pandemi, Pfizer Sepakati Produksi Obat Generik Covid-19 di Lebih Banyak Negara

- 17 November 2021, 12:17 WIB
Perusahaan farmasi Pfizer menjanjikan produksi obat antivirus Covid-19 eksperimentalnya di lebih banyak negara.
Perusahaan farmasi Pfizer menjanjikan produksi obat antivirus Covid-19 eksperimentalnya di lebih banyak negara. /DOK. Reuters

PR TASIKMALAYA – Perusahaan farmasi Pfizer telah menandatangani kesepakatan yang memungkinkan produksi dan pasokan obat anti-virus Covid-19 eksperimental di puluhan negara berpenghasilan rendah serta menengah.

Perjanjian antara perusahaan AS dan kelompok kesehatan masyarakat internasional yang didukung PBB Medical Patent Pool (MPP) akan memungkinkan Pfizer untuk memproduksi dan memasok versi generik obat di 95 negara tanpa ancaman pelanggaran paten.

Sebagian besar negara yang termasuk dalam kesepakatan dengan Pfizer itu berada di Afrika dan Asia, mencakup sekitar 53 persen populasi dunia.

Baca Juga: Awal Tahun 2022, Pemain Harry Potter Adakan Reuni Sambut 20 Tahun Film Legenda tersebut!

“Pfizer tetap berkomitmen untuk menghadirkan terobosan ilmiah untuk membantu mengakhiri pandemi ini bagi semua orang,” ujar Albert Bourla, kepala eksekutif Pfizer, dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Al Jazeera.

“Kami percaya perawatan antivirus oral dapat memainkan peran penting dalam mengurangi keparahan infeksi Covid-19, mengurangi beban pada sistem perawatan kesehatan kami dan menyelamatkan nyawa,” tambahnya.

Selain itu, Pfizer juga meminta regulator di Amerika Serikat untuk memberikan otorisasi penggunaan darurat pilnya.

Baca Juga: Usai Keluar dari Penjara Myanmar, Jurnalis AS Janjikan Upaya Pembebasan Tahanan Politik Lain

Perusahaan itu mengatakan uji coba tahap akhir menunjukkan pil itu mengurangi kemungkinan rawat inap atau kematian bagi orang dewasa yang berisiko penyakit parah hingga 89 persen.

Uji coba mengevaluasi data dari 1.219 kasus positif di seluruh Amerika Utara dan Selatan, Eropa, Afrika, dan Asia.

Obat tersebut terbukti paling efektif jika diminum pada tahap awal infeksi dan diberikan dalam kombinasi dengan antivirus yang lebih tua yang disebut ritonavir.

Baca Juga: Dikenal sebagai Bersaudara Terkaya di Dunia, Inilah Sederetan Makanan Mahal Favorit Ketiga Anak Cambridge!

Bourla mengatakan awal November lalu bahwa untuk negara-negara berpenghasilan rendah, perusahaan sedang mempertimbangkan beberapa opsi penetapan harga.

Sedangkan badan amal medis Doctors Without Borders (Medecins Sans Frontieres, atau MSF) mengatakan kecewa dengan kesepakatan ekspreimental itu.

Mereka mencatat bahwa sejumlah negara termasuk Brasil, Argentina, Tiongkok, dan Thailand dikeluarkan dari perjanjian tersebut.

Baca Juga: Masyarakat DKI Jakarta Belum Butuh Vaksin Dosis Ketiga, Wagub: Prioritas Tenaga Kesehatan dan Publik

“Kami kecewa melihat lisensi sukarela yang membatasi lainnya selama pandemi ini sementara kasus terus meningkat di banyak negara di seluruh dunia,” kata Yuanqiong Hu, penasihat kebijakan hukum senior dengan Kampanye Akses MSF.

Sedangkan Regina Osih, seorang dokter medis dan spesialis penyakit menular di Aurum Institute di Johannesburg, Afrika Selatan, mengatakan kesepakatan itu sangat penting.

"Kesepakatan semacam ini memungkinkan semua orang untuk berpotensi mengakses obat Covid-19," katanya.

Baca Juga: Suriah Klaim Israel Lakukan Serangan Rudal di Selatan Damaskus, Tak Ada Korban

Langkah Pfizer dan Merck untuk berbagi paten untuk obat Covid-19 datang di tengah tekanan internasional pada perusahaan untuk berbagi dan mentransfer teknologi yang memungkinkan produksi versi generik dari vaksin Covid-19.

Sejauh ini, Pfizer menolak untuk melakukannya.

Para kritikus telah lama berargumen bahwa keengganan untuk berbagi resep vaksin telah berkontribusi pada distribusi suntikan yang sangat tidak merata antara negara kaya dan negara miskin.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah