Panggil Eksekutif dari 3 Media Sosial Ini, Senat AS Pertanyakan Keselamatan Pengguna Anak-anak dan Remaja

- 27 Oktober 2021, 15:40 WIB
Ilustrasi media sosial - Senat AS memanggil eksekutif dari 3 media sosial ini, terkait tindakan terhadap keselamatan pengguna anak-anak dan remaja.
Ilustrasi media sosial - Senat AS memanggil eksekutif dari 3 media sosial ini, terkait tindakan terhadap keselamatan pengguna anak-anak dan remaja. //Pixabay/ Pixelkult

PR TASIKMALAYA – Para pemimpin panel Senat Amerika Serikat (AS) telah memanggil eksekutif dari YouTube, TikTok dan Snapchat, terkait dampak media sosial untuk anak-anak dan remaja.

Ketiga media sosial itu untuk menghadapi pertanyaan dari panel Senat AS tentang apa yang dilakukan perusahaan mereka untuk memastikan keselamatan pengguna muda.

Tiga eksekutif diundang, yakni Michael Beckerman, wakil presiden TikTok dan kepala kebijakan publik untuk Amerika; Leslie Miller, wakil untuk urusan pemerintahan dan kebijakan publik pemilik YouTube, Google; dan Jennifer Stout, wakil untuk kebijakan publik global dari induk Snapchat Snap Inc.

Baca Juga: 5 Jenis Tanaman Hias yang Bermanfaat untuk Tingkatkan Kesehatan Mental, Salah Satunya Lavender

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Al Jazeera, undangan untuk tiga media sosial itu dilakukan setelah senat AS menyelesaikan sidang dengan mantan ilmuwan data Facebook.

Sidang tersebut memaparkan penelitian internal perusahaan yang menunjukkan bahwa layanan berbagi foto Instagram sangat merugikan beberapa remaja.

Panel memperluas fokusnya untuk memeriksa platform teknologi lainnya, dengan jutaan atau miliaran pengguna, yang juga bersaing untuk mendapatkan perhatian dan loyalitas kaum muda.

Baca Juga: 7 Tanda Jika Kamu Terlalu Banyak Minum Kopi, dari Merasa Cemas hingga Diare

Ketiga platform tersebut dikatakan sering kali memengaruhi pakaian, gerakan tarian, dan pola makan anak muda, yang berpotensi sampai pada titik obsesi.

Panet menyebut bahwa media sosial dapat menawarkan hiburan dan pendidikan, tetapi bisa disalahgunakan untuk menyakiti anak-anak dan mempromosikan intimidasi, vandalisme di sekolah, gangguan makan dan pemasaran manipulatif.

“Kita perlu memahami dampak platform populer seperti Snapchat, TikTok, dan YouTube pada anak-anak dan apa yang dapat dilakukan perusahaan dengan lebih baik untuk menjaga mereka tetap aman,” ujar Senator Richard Blumenthal, ketua subkomite.

Baca Juga: 6 Cara Meningkatkan Kesehatan Mental, Salah Satunya Harus Bersosialisasi

Blumenthal mengatakan mereka ingin mempelajari bagaimana algoritme dan desain produk dapat memperbesar bahaya bagi anak-anak, menumbuhkan kecanduan dan gangguan privasi.

Penelitian itu, lanjutnya, bertujuan untuk mengembangkan undang-undang agar melindungi kaum muda dan memberi orang tua alat untuk melindungi anak-anak mereka.

TikTok membantah tuduhan, terutama dari anggota parlemen Republik konservatif, bahwa mereka beroperasi atas perintah pemerintah Tiongkok dan menyebarkan data pribadi pengguna.

Baca Juga: Hindari Lonjakan Kasus Positif Covid-19, Cuti Bersama Hari Natal Resmi Ditiadakan

Perusahaan mengatakan mereka menyimpan semua data TikTok AS di AS. Perusahaan juga membantah kritik yang menyebut mereka mempromosikan konten berbahaya untuk anak-anak.

TikTok mengatakan mereka memiliki hal, seperti manajemen waktu, untuk membantu kaum muda dan orang tua memoderasi berapa lama anak-anak menghabiskan waktu di aplikasi dan apa yang mereka lihat.

Perusahaan menyebut bahwa mereka berfokus pada pengalaman yang sesuai dengan usia, mencatat bahwa beberapa fitur, seperti pesan langsung, tidak tersedia untuk pengguna yang lebih muda.

Baca Juga: Afghanistan Darurat Tenaga Medis, Banyak yang Kabur saat Taliban Ambil Alih Pemerintahan

Sementara itu, Komite DPR terpisah telah menyelidiki layanan video YouTube Kids tahun ini.

Sebuah panel dari House Oversight and Reform Committee mengatakan kepada CEO YouTube Susan Wojcicki bahwa layanan tersebut tidak cukup untuk melindungi anak-anak dari materi yang berpotensi berbahaya.

Sebaliknya, aplikasi itu bergantung pada kecerdasan buatan dan kebijakan mandiri oleh pembuat konten untuk memutuskan video mana yang masuk ke platform, menurut ketua panel.

Baca Juga: Karier Abidzar Al-Ghifari Melejit, Umi Pipik Malah Menolak Setiap Akan Dibelikan Sesuatu, Ini Alasannya

YouTube mengatakan mereka bekerja untuk memberi anak-anak dan keluarga perlindungan dan kontrol orang tua seperti batas waktu, untuk membatasi menonton konten yang sesuai dengan usia.

Sedangkan Snapchat tidak didenda tetapi setuju untuk membuat program privasi yang dipantau oleh ahli dari luar selama 20 tahun ke depan.

Hal itu mirip dengan pengawasan yang dikenakan pada Facebook, Google dan Myspace dalam penyelesaian privasi dalam beberapa tahun terakhir.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah