PR TASIKMALAYA - Facebook di Vietnam telah berubah menjadi alat propaganda pemerintah negara itu.
Para aktivis mengatakan hal tersebut setelah sebuah laporan mengatakan bahwa CEO Facebook Mark Zuckerberg secara pribadi telah menandatangani desakan agar Hanoi untuk membatasi anti-negara.
Raksasa jejaring sosial Facebook itu dalam beberapa tahun terakhir menjadi forum populer bagi para aktivisdi Vietnam.
Baca Juga: Jadwal TV Hari Ini Rabu, 27 Oktober 2021: Trans TV, SCTV, NET TV, dan TVRI, Ada Film 'Hostiles'
Di mana semua media independen dilarang, tetapi para pejabat mulai mendapat kecaman karena menargetkan kritik di platform tersebut.
Dikutip Pikiran-Rakyat-Tasikmalaya.com dari Channel News Asia, Facebook mengatakan tahun lalu, bahwa mereka memblokir konten yang dianggap ilegal oleh pihak berwenang.
Tetapi Washington Post melaporkan, Mark Zuckerberg secara pribadi membuat keputusan untuk menyetujui tuntutan Hanoi, daripada mengambil risiko tersingkir di salah satu pasar Asia terpentingnya.
Baca Juga: Tes Kepribadian: Hewan Apa yang Anda Lihat di Gambar? Jawabannya Ungkap Hal yang Diri Anda Miliki
Ditanya oleh AFP tentang laporan itu, seorang juru bicara Facebook menolak untuk berkomentar.
Namun, mereka mengatakan bahwa Facebook telah membatasi beberapa konten di Vietnam untuk membantu memastikan layanan mereka tetap tersedia bagi jutaan orang yang mengandalkan mereka setiap hari.
Lebih dari 53 juta orang menggunakan Facebook di Vietnam, terhitung lebih dari setengah populasi negara itu.
Baca Juga: Sindir Nathalie Holscher Saat Beri Petuah pada Ria Ricis dan Teuku Ryan, Sule: Dulu ini ...
Aktivis Chenh mengatakan bahwa akunnya telah diblokir dua kali, selama satu bulan, dengan alasan pelanggaran standar komunitas.
Akan tetapi dia tidak diberi tahu postingan mana yang salah.
Dua unggahan yang mengkritik respons pandemi Covid-19 kepada pemerintah juga dibatasi.
Baca Juga: Diminta Makan Pinang Papua, Ridwan Kamil: Sepet, Seperti Cinta Saya di Masa Lalu
Nguyen Tuan Khanh, seorang musisi dan aktivis terkemuka yang secara teratur mengkritik pemerintah, mengatakan bahwa banyak orang Vietnam kecewa melihat Facebook memilih keuntungan daripada nilai-nilai yang terkait dengan Amerika Serikat yang merupakan sebuah negara yang menganut sistem demokrasi dan kebebasan.
Dia mengatakan bahwa juru kampanye telah menggunakan Facebook untuk mencoba menyebarkan ide-ide demokrasi, dan telah mengorganisir demonstrasi melalui platform.
Komentar para aktivis muncul setelah Amnesty Internasional memperingatkan dalam sebuah laporan akhir tahun lalu bahwa, Facebook bersama dengan Google dengan cepat menjadi zona bebas hak asasi manusia di Vietnam.
Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Benarkah Akta Jual Beli Tanah Hanya Berlaku 5 Tahun
Laporan itu mengatakan bahwa, Vietnam adalah negara dengan pendapatan terbesar untuk Facebook di Asia Tenggara.***