Korea Utara juga mengalami sanksi internasional yang berasal dari program nuklirnya, yang oleh penyelidik PBB mendesak masyarakat internasional untuk meninjau kembali urgensi krisis pangan.
Laporan tersebut menyimpulkan, bahwa harga beras dan jagung telah meningkat secara dramatis sejak awal pandemi.
NK News mengungkapkan, pada bulan Juni, bahwa satu kilogram pisang berharga $45 (640 ribu rupiah).
“Keluarga tidak dapat lagi menghidupi diri mereka sendiri, banyak pabrik dan tambang tutup karena kekurangan listrik, suku cadang mesin dan bahan baku,” kata Tomas Ojea.
“Jumlah tunawisma dan anak jalanan meningkat dan masalah sosial seperti prostitusi, penggunaan narkoba, perdagangan narkoba dan perampokan meningkat, karena kekurangan ekonomi,” tambahnya.
Baca Juga: Kesehatan Kakek Suhud Memburuk Usai Bertemu Baim Wong? Begini Penjelasan sang Anak
Penyelidik PBB meminta Dewan Keamanan untuk mempertimbangkan pencabutan sanksi, yang berdampak negatif terhadap bantuan kemanusiaan dan hak asasi manusia, termasuk akibat pandemi Covid 19.
Ojea Quintana diangkat pada tahun 2016, tetapi Korea Utara telah menolak untuk membiarkannya sejauh ini mengunjungi negara itu.
Penyelidikannya termasuk serangkaian pertemuan online dengan para korban pelanggaran hak asasi manusia, anggota keluarga mereka, organisasi masyarakat sipil, badan-badan PBB dan negara-negara anggota PBB.