Pernyataan Taliban tersebut tentunya menjadi pertanyaan besar, apakah memang benar mereka kini toleran kepada inklusivitas terhadap perempuan dan etnis minoritas yang di antaranya adalah etnis Hazara Syiah.
Namun, ternyata Taliban tetap memberlakukan aturan pembatasan ketat terhadap perempuan.
Hal tersebut ditunjukkan ketika Taliban mengisi seluruh posisi di pemerintahan dengan 100 persen laki-laki.
Tentu saja apa yang dilakukan oleh Taliban atas diskriminasi terhadap perempuan tersebut, membuat kekecewaan dari masyarakat internasional.
Sementara itu, etnis Hazara sendiri berjumlah sembilan persen dari 36 juta penduduk Afghanistan.
Etnis Hazara sering menjadi sasaran, pasalnya mereka merupakan kelompok Muslim Syiah di negara yang mayoritasnya Muslim Sunni.
“Eksekusi berdarah dingin ini (dari Hazara) adalah bukti bahwa Taliban melakukan pelanggaran mengerikan yang sama, seperti yang mereka lakukan sebelumnya di Afghanistan,” tutur Agnes Callamard selaku Sekertaris Jenderal Amnesty seperti yang dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com pada 6 Oktober 2021 dari The Indian EXPRESS.
Terkait dengan pernyataan dan peristiwa tersebut, Zabihullah Mujahid dan Bilal Karimi selaku Juru Bicara Taliban tidak mau memberikan tanggapannya.