PR TASIKMALAYA - Oknum pegawai rumah sakit di Peru tertangkap meminta tagihan per-satu kamar inap dengan harga ratusan juta pada pasien Covid-19.
Akibat tindakan tersebut, oknum pegawai rumah sakit yang meminta tagihan kamar inap pada pasien Covid-19 itu pun ditangkap Polisi Peru.
Polisi Peru sebut bahwa mereka telah membongkar dugaan jaringan kriminal yang mengenakan biaya $21.000 atau Rp 304,5 juta per tempat inap untuk pasien Covid-19 yang sakit parah di rumah sakit milik pemerintah.
Kejadian ini dianggap telah memperparah perawatan di Negara Peru.
Pihak berwenang menangkap sembilan orang pagi hari Rabu, 21 Juli 2021 termasuk administrator rumah sakit umum Guillermo Almenara Irigoyen di Lima, menurut jaksa Reynaldo Abia.
Penipuan itu terungkap setelah polisi menerima aduan dari saudara laki-laki penderita Covid-19 yang dimintai uang sebesar 82.000 sol ($20.783) sekitar Rp 301 juta, untuk mendapatkan tempat tidur perawatan intensif (ICU) dan perawatan di rumah sakit tersebut.
Menteri Kesehatan Oscar Ugarte mengatakan kepada wartawan bahwa penipuan itu memerlukan reaksi segera.
"Ini benar-benar tercela. Kita tidak bisa bernegosiasi dengan nyawa orang," ungkap Oscar Urgate.
Skandal korupsi seputar perawatan virus telah mengguncang tingkat kekuasaan tertinggi di Peru.
Kemarahan atas tuduhan sebelumnya bahwa beberapa pejabat tinggi telah diberikan vaksinasi "VIP" preferensial mendorong menteri kesehatan dan luar negeri negara itu untuk mengundurkan diri awal tahun ini.
Rumah sakit yang terlibat dalam skandal yang lebih baru, yang dikelola oleh sistem jaminan sosial EsSalud, menyediakan perawatan gratis.
Pasien harus menanggung daftar tunggu yang panjang untuk 80 tempat tidur ICU yang ditawarkan rumah sakit.
Selama puncak pandemi, banyak pasien membayar sejumlah besar uang ke klinik swasta ketika sistem publik hampir runtuh.
Jumlah tempat tidur ICU yang tersedia sejak itu melonjak menjadi hampir 3.000 secara nasional, dibandingkan dengan hanya ratusan yang tersedia pada Maret tahun lalu, tetapi tempat tidur masih dalam permintaan tinggi di negara Andes.
Peru pada akhir Mei melipatgandakan jumlah kematian resminya akibat virus dan memimpin dunia dalam kematian per 100.000 penduduk akibat penyakit tersebut.***