Korea Utara Larang Anak Mudanya Gunakan Bahasa Slang dari Selatan, Sebut Lebih Berbahaya dari Musuh Bersenjata

- 20 Juli 2021, 14:13 WIB
Korea Utara melarang anak muda mereka untuk menggunakan bahasa slang dari Selatan, di tengah pengaruh budaya populer yang terus merasuk.
Korea Utara melarang anak muda mereka untuk menggunakan bahasa slang dari Selatan, di tengah pengaruh budaya populer yang terus merasuk. /Pixabay

PR TASIKMALAYA – Anak-anak muda Korea Utara diperingatkan untuk mematuhi bahasa standar negara itu dan mengikuti gaya hidup tradisional.

Peringatan itu sebagai bagian dari kampanye rezim Korea Utara untuk membasmi pengaruh budaya dari Korea Selatan.

Hal itu ditulis dalam sebuah editorial yang diterbitkan pada Minggu, 18 Juli 2021 lalu oleh Rodong Sinmun, surat kabar resmi dari pemerintah Korea Utara.

Baca Juga: Alasan Mulia Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah Rela Berburu Sapi Kurban 1,4 Ton: Jangan Sampai Kendaraan...

Mereka mencerca pengaruh yang terus masuk dari Selatan dalam segala hal, mulai dari gaya rambut hingga kata yang diucapkan.

“Penetrasi ideologis dan budaya dalam borjuasi bahkan lebih berbahaya daripada musuh yang bersenjata,” katanya, dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari The Guardian.

Alih-alih meniru rekan-rekan mereka di Selatan, anak muda Korea Utara harus tetap berpegang pada bahasa Korea standar yang menurut mereka superior.

Baca Juga: Buka-bukaan Soal Hal yang Membuatnya Menangis Terakhir Kali, Lesti Kejora: Tadi Dibentak Kakak

Bahasa Korea itu didasarkan pada dialek yang digunakan di ibu kota, Pyongyang.

Surat kabar itu mengatakan pengaruh dari Selatan tersebut akan membuat masa depan sistem politik Korea Utara dipertaruhkan.

“Ketika generasi baru memiliki ideologi dan semangat revolusioner yang kuat, masa depan sebuah negara cerah. Jika tidak, sistem sosial dan revolusi selama puluhan tahun akan musnah. Itulah pelajaran darah dalam sejarah gerakan sosialis dunia,” katanya.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cinta Selasa 20 Juli 2021: Gemini Kehidupan Percintaanmu Tidak Selalu Mulus

Ini bukan pertama kalinya rezim mengeluarkan peringatan untuk tidak terpengaruh budaya populer Korea Selatan, termasuk K-pop, drama TV, selera berpakaian, dan bahkan gerakan tarian.

Pada bulan Desember, Korea Utara memperkenalkan undang-undang yang dirancang untuk menghilangkan apa yang disebutnya pemikiran dan budaya reaksioner melalui materi terlarang dari Selatan, AS, dan Jepang.

Siapa pun yang kedapatan memiliki media Korea Selatan dapat menghabiskan waktu hingga 15 tahun di kamp kerja paksa.

Baca Juga: Masyarakat Waspadai Penipuan Bantuan Sosial, Kemensos: Cek Melalui Web Resmi Pemerintah

Sedangkan mereka yang kedapatan mendistribusikan materi selundupan menghadapi hukuman mati.

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, yang dididik di Swiss, dilaporkan telah menggambarkan K-pop sebagai ‘kanker ganas’ yang merusak anak-anak muda di negaranya.

"Kim Jong Un sangat menyadari bahwa K-pop atau budaya barat dapat dengan mudah meresap melalui generasi muda dan memiliki dampak negatif pada sistem sosialis," ujar Yang Moo-jin, seorang profesor.

Baca Juga: Ini yang Akan Dikatakan Rizky Billar dan Lesti Kejora Jika Anak Mereka Nanti Berusia 17 Tahun: Jangan Bohong

“Dia tahu bahwa aspek budaya ini bisa membebani sistem. Jadi dengan membasmi mereka, Kim mencoba mencegah masalah lebih lanjut di masa depan,” tambahnya.

Sebuah survei terhadap 116 pembelot Korea Utara pada tahun 2020 oleh Seoul National University menemukan bahwa hampir 48 persen telah sering menonton TV dan film Korea Selatan serta mendengarkan musiknya, sebelum mereka melarikan diri.

Hanya 8,6 persen mengatakan mereka tidak pernah mengkonsumsi budaya pop Korea Selatan sebelum mereka membelot.

Baca Juga: Personality Archetype Dapat Mempengaruhi Karakter Dasar Seseorang, yang Mana Tipe Kamu?

Meskipun orang Korea Utara dan Selatan berbicara dalam bahasa yang sama, pemisahan selama beberapa dekade telah menghasilkan perbedaan dialek yang signifikan.

Di antara ungkapan yang secara resmi dilarang adalah ‘oppa’, yang dalam bahasa Korea standar berarti ‘kakak laki-laki’.

Tetapi di Selatan, kata ini juga sering digunakan untuk merujuk pada pasangan atau pacar. Penggunaan itu juga telah populer di kalangan wanita Korea Utara, menurut agen mata-mata Korea Selatan.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah