Kesal Dituduh Pelaku Genosida Muslim Uighur, Tiongkok Buka Pintu ke Xinjiang bagi Media Asing

- 28 April 2021, 14:40 WIB
Ilustrasi - Tiongkok buka pintu untuk para wartawan meliput di Xinjiang.*
Ilustrasi - Tiongkok buka pintu untuk para wartawan meliput di Xinjiang.* /Pikiran Rakyat

PR TASIKMALAYA – Minggu lalu, secara mengejutkan rupanya Tiongkok membuka lebar pintu menuju Xinjiang bagi para wartawan media luar negeri.

Tiongkok diduga akhirnya membiarkan beberapa media terpilih untuk mengirimkan wartawannya lantaran sudah lelah dituduh dunia sebagai pelaku genosida terhadap kelompok Muslim Uighur di Xinjiang.

Laporan dari media asing yang diundang, menghasilkan cerita yang berbeda-beda antara ada dan tidak adanya sistem kerja paksa di Xinjiang, Tiongkok.

Baca Juga: Bangunkan Sahur Mengundang Polemik, Ali Mochtar Ngabalin: Kita Harus Hormati Non Islam yang Sedang Tidur

Dilansir Tasikmalaya.Pikiran-Rakyat.com dari South China Morning Post (SCMP), minggu lalu ada sebanyak 10 media asing yang diundang Tiongkok untuk mengunjungi daerah Xinjiang.

Associated Press (AP) dan TV Tokyo termasuk ke dalam media asing yang masuk ke dalam Xinjiang, Tiongkok.

Berdasarkan laporan AP, Xu Guixiang selaku kepala deputi humas Xinjiang, sengaja bertemu dengan para wartawan media asing di Turpan.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Taurus, Gemini,Cancer dan Leo: Terkait Mengatasi Emosi hingga Menuangkan Ide Kreatif 

Turpan sendiri merupakan wilayah yang bersih. Tidak ditemukan adanya kamp pendidikan ulang seperti yang pernah dilaporkan oleh warga Australia anonim sebelumnya.

AP juga melaporkan kalau pemerintah Tiongkok menjelaskan kepada para wartawan media asing bahwa bangunan-bangunan yang diduga sebagai kamp pendidikan ulang rupanya merupakan tempat administrasi veteran serta kantor pemerintahan lainnya.

AP tidak menjelaskan secara lebih lanjut apakah wartawan yang berkunjung ke Xinjiang, dipersilakan untuk melihat ke dalam bangunan yang diduga sebagai kamp pendidikan ulang atau tidak.

Baca Juga: Soroti Peristiwa Penangkapan Munarman, Rocky Gerung: Tentu Terkait Habib Rizieq, FPI, dan Politik Islam

Kepada wartawan AP, Xu Guixiang membantah tuduhan dari Parlemen Inggris soal genosida terhadap kelompok Muslim Uighur dan etnis minoritas lainnya yang terjadi di Xinjiang.

Sebaliknya, Xu Guixiang menjelaskan kalau pemerintah Tiongkok sedang berusaha untuk memajukan perekonomian di daerah Xinjiang.

TV Tokyo sebagai satu-satunya media asal Jepang yang diundang pemerintah Tiongkok untuk menengok Xinjiang, membuat laporan yang bertolak belakang dengan berita AP.

Baca Juga: Nekat Putuskan Ukkasya Sunat di Usia Baru 21 Hari, Zaskia Sungkar: Irwansyah Hampir Nangis

Wartawan TV Tokyo berkesempatan untuk mengunjungi pabrik tekstil yang menampung sekitar lima ribu buruh di dalamnya.

Pabrik tekstil itu merupakan salah tempat usaha yang dikenai sanksi dari Amerika Serikat lantaran dituduh sebagai pusat kerja paksa.

Ketika perwakilan pabrik ditanyai soal kerja paksa, mereka membantah.

Baca Juga: Jelang Semifinal Leg Pertama Liga Champions PSG vs Manchester City, Neymar Ungkap Tujuannya

Sebaliknya, pihak pabrik menyayangkan sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat sehingga pabrik mengalami kerugian karena transaksi mereka dengan perusahaan Amerika dan Jepang jadi terganggu.

Kemudian wartawan TV Tokyo pun mengunjungi perkebunan kapas.

Ketika menanyai para buruh di perkebunan kapas tersebut soal kemungkinan adanya kerja paksa, para buruh itu sama sekali tidak mau menjawab.

Baca Juga: Kecewa Pemerintah Larang Mudik dan Lebaran, Sopir Angkutan Umum Pecahkan Kaca Mobil

Akan tetapi ada beberapa buruh di perkebunan kapas yang mengatakan kepada si wartawan TV Tokyo bahwa orang Han dan etnis minoritas adalah satu keluarga.

Sementara itu, dibukanya pintu akses masuk ke Xinjiang oleh pemerintah Tiongkok bagi para wartawan asing bukanlah kali pertama.

Di bulan Januari 2019, sekelompok wartawan asing yang termasuk di dalamnya berasal dari Reuters serta TASS (media nasional Rusia), mengunjungi kamp yang diduga sebagai tempat edukasi ulang di Xinjiang.

Baca Juga: Bela Munarman yang Diringkus Densus 88, Andi Arief: Dia Kawan Baik Saya

NBC juga ikutan berkunjung pada tahun 2019 lalu dan ada juga kunjungan dari BBC pada tahun lalu.

Laporan NBC dan BBC sewaktu berkunjung ke Xinjiang, digunakan pemerintah Tiongkok untuk membuktikan kalau pemerintah pusat di Beijing sama sekali tidak melarang kunjungan wartawan asing ke Xinjiang.

Akan tetapi BBC menyangkal pernyataan pemerintah Tiongkok dengan mengklaim bahwa wartawan mereka dilarang merekam, mewawancarai, serta mengikuti orang-orang yang diduga sengaja dimasukkan ke dalam kamp pendidikan ulang di Xinjiang.

Baca Juga: Rizky Febian Blak-blakan Akui Sudah Tak Perjaka, Sule Pasrah: Kita Nggak Bisa Maksain sebagai Orang Tua

Pemerintah Tiongkok balas menyerang BBC dan menyebut media internasional asal Inggris tersebut sebagai pembohong.

Berdasarkan laporan data statistik yang dirilis pemerintah Tiongkok, lebih dari 1.200 orang dari 100 negara yang berbeda telah mengunjungi Xinjiang sejak akhir tahun 2018 silam.

Dari 1.200 orang yang berkunjung, termasuk di dalamnya terdapat pejabat serta orang-orang yang bergerak di bidang kemanusiaan internasional.

Baca Juga: Prediksi Semifinal Liga Europa: Manchester United vs As Roma, Tim Setan Merah Selangkah Menuju Final

Le Yucheng, wakil menteri luar negeri Tiongkok, menghimbau mereka yang berkunjung ke Xinjiang untuk memposisikan diri sebagai pengunjung biasa dan bukannya penyidik.

Apabila datang sebagai penyidik, Le Yucheng tidak segan-segan untuk mengusir mereka.

“Mereka tidak punya hak untuk melakukan hal tersebut,” tegas Le Yucheng.

Meski sudah membuka pintu lebar-lebar ke Xinjiang, hingga kini dunia masih menaruh curiga besar soal genosida dan pemberlakuan kerja paksa yang dilakukan pemerintah Tiongkok kepada kaum Muslim Uighur dan etnis minoritas lainnya.***

Editor: Al Makruf Yoga Pratama

Sumber: SCMP


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah