Israel Buka Jalur Gaza Setelah Dua Pekan Ditutup, Ribuan Pekerja Kembali Bebas Bekerja

28 September 2023, 20:56 WIB
Garis-garis cahaya terlihat saat sistem anti-rudal Iron Dome Israel mencegat roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza menuju Israel, seperti yang terlihat dari Ashkelon, Israel 21 April 2022. /Reuters/Amir Cohen/

PR TASIKMALAYA - Setelah hampir dua pekan ditutup, titik-titik perlintasan di Gaza telah dibuka kembali oleh Israel, Kamis, 27 September 2023.

Pembukaan jalur di Gaza itu membuat ribuan pekerja Palestina bisa kembali bekerja seperti biasa. Penutupan tersebut dilakukan menyusul terjadinya rangkaian aksi protes yang diwarnai dengan kekerasan.

Melansir dari laman Antara, ada sekitar 18 ribu warga Gaza yang telah mendapatkan izin dari otoritas Israel untuk dapat bekerja di luar enklave.

Kontribusi terhadap ekonomi di wilayah yang miskin itu mencapai angka 2 juta dolar AS atau sekitar (Rp31 miliar) per hari.

Baca Juga: Buntut Kematian Khader Adnan, Israel Bombardir Jalur Gaza yang Makin Meningkatkan Ketegangan

Langkah itu diambil pada saat Mesir dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berupaya untuk meredam gejolak yang terjadi serta mencegah gelombang baru konflik bersenjata.

Hampir selama dua pekan, para demonstran di jalur tersebut melemparkan batu dan alat peledak berhadapan dengan pasukan Israel yang dilengkapi dengan peluru tajam.

Setidaknya ada satu orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam kejadian itu. Sejumlah pekerja yang berkeinginan untuk kembali bekerja telah membanjiri wilayah Palestina segera setelah Israel mengumumkan kebijakan tersebut pada malam Rabu.

"Kami ingin melanjutkan pekerjaan dan mencari penghidupan bagi keluarga kami, karena situasi selama dua minggu terakhir ini sangat sulit," Khaled Zurub (57), seorang pekerja konstruksi yang bekerja di Israel dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Antara.

Baca Juga: Berulah Lagi! Israel Bombardir Jalur Gaza hingga Hancurkan Infrastruktur

Pengumuman ini dikaitkan dengan Cogat, sebuah badan yang berada di bawah Kementerian Pertahanan Israel dan bertugas mengkoordinasikan urusan dengan Palestina.

Mereka mengungkapkan bahwa penilaian keamanan akan menjadi faktor penentu apakah perlintasan perbatasan akan tetap terbuka.

Sementara itu, dalam sebuah pernyataan, kelompok "Pemuda Revolusioner," yang telah mengorganisir serangkaian aksi protes dalam beberapa pekan terakhir, mengumumkan penghentian sementara demonstrasi mereka.

Keputusan ini diambil setelah mediator menjanjikan bahwa Israel akan menghentikan tindakan-tindakan provokatif di Yerusalem dan merelaksasi blokade di Gaza.

Baca Juga: Kasus Omicron Pertama Terdeteksi di Gaza, Kata Kemenkes Palestina

Hazem Qassem, juru bicara kelompok bersenjata Hamas yang memerintah di Gaza dan menentang kesepakatan perdamaian dengan Israel, mengutuk tindakan Israel yang terus melanggar hak-hak penduduk Gaza untuk bergerak bebas dengan seringnya menutup perbatasan dan memblokir wilayah tersebut.

Israel telah menghalangi sejumlah besar kiriman barang ke Gaza dengan alasan keamanan, dan mereka memiliki hak untuk membatasi ekspor dari wilayah tersebut.

Menurut data dari IMF, pendapatan per kapita penduduk Gaza hanya sekitar seperempat dari pendapatan penduduk Palestina di Tepi Barat yang diduduki.

Sementara itu, Bank Dunia mencatat tingkat pengangguran di Gaza hampir mencapai angka 50 persen, mencerminkan kondisi yang sangat sulit di wilayah tersebut.***

Editor: Thytha Surya Swastika

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler