Korut Mengecam Strategi Keamanan Jepang, Singgung soal Aksi Milter

20 Desember 2022, 12:22 WIB
Ilustrasi bendera Korea Utara. Korut kecam Jepang soal strategi keamanan. /REUTERS/Lim Huey Teng

PR TASIKMALAYA - Korea Utara mengecam strategi yang diterapkan Jepang di bidang keamanan.

Korut memperingatkan bahwa apa yang dilakukan Jepang "salah" dan "berbahaya bagi situasi di kawasan.

Hal itu disampaikan oleh juru bicara kementerian luar negeri Korut, beberapa hari setelah Jepang merilis rencana pengembangan militer, terbesar sejak PD (Perang Dunia) Kedua.

Rencana itu terlihat di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan dan situasi di Rusia dan Ukraina.

Baca Juga: Jual Narkoba Dibungkus Permen, Dua Pria Berhasil Diamankan Polres Metro Bekasi Kota

"Jepang sedang membawa krisis keamanan serius di Semenanjung Korea dan di kawasan Asia Timur dengan mengadopsi strategi keamanan baru yang secara efektif menunjukkan kemampuannya melakukan serangan lebih dulu terhadap negara lain," ungkap pejabat dalam pernyataan seperti dilansir KCNA, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari ANTARA.

Kondisi keamanan di kawan itu telah berubah secara drastis karena kebijakan baru Jepang.

Selain itu, ia menyebut langkah yang dilakukan Jepang berpotensi melanggar Piagam PBB dan ancaman serius untuk perdamaian dunia.

"Kami perjelas sekali lagi bahwa kami mempunyai hak untuk mengambil tindakan militer secara tegas dan menentukan demi melindungi hak-hak mendasar kami... untuk merespons situasi keamanan kawasan yang rumit ini," ujar pejabat tersebut.

Baca Juga: Kim Sae Ron Akan Hadapi Persidangan Usai Didakwa Kasus DUI 20 Desember 2022!

Tak tanggung-tanggung, Korut akan melakukan tindakan militer secara tegas jika Jepang melanggar batas.

"Jepang akan segera mengetahui bahwa ketakutan yang ditimbulkan benar-benar salah dan pilihannya sangat berbahaya," ia menambahkan.

Rencana yang dibuat Tokyo selama lima tahunan disebut pejabat Korut akan membuat negara itu mempunyai anggaran militer terbesar.

Akibatnya, Jepang menjadi urutan ketiga setelah Amerika Serikat dan China, melansir data yang ada.***

Editor: Al Makruf Yoga Pratama

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler