PR TASIKMALAYA - Sejak awal perang, mungkin hingga 50.000 lumba-lumba telah mati di Laut Hitam karena invasi Rusia.
Kapal dan kapal selam Rusia menciptakan suara kuat yang memengaruhi lumba-lumba.
Akibatnya, lumba-lumba tidak dapat mengarahkan diri seperti menjadi buta dan menabrak ranjau.
Menurut Ivan Rusev, seorang ahli biologi dan kepala departemen ilmiah Taman Alam Nasional Tuzly Lagoons, lumba-lumba jenis Cetacea mati akibat penggunaan kapal perang Rusia.
Sonar yang digunakan oleh Rusia di kapal mereka memiliki efek negatif pada kesehatan dan kehidupan hewan laut, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Pravda, pada Minggu, 23 Oktober 2022.
Banyak lumba-lumba datang dalam zona yang dekat dengan perangkat navigasi kapal, mereka cedera akustik yang kuat.
Sebelumnya, Rusev telah melaporkan setidaknya 5.000 cetacea mati, tetapi saat ini jumlahnya jauh lebih tinggi.
"Oleh karena itu, kami memperkirakan bahwa selama perang yang dilakukan oleh orang-orang barbar Rusia melawan Ukraina, mungkin hingga 50.000 cetacea telah mati, yang benar-benar mengerikan bagi ekosistem laut," tulis Ivan Rusev.
Dia menambahkan bahwa lumba-lumba lainnya juga ditemukan mati di negara lain.
"Saya hanya pernah melihat lumba-lumba hidung botol yang hidup, tetapi itu adalah kasus yang sangat langka. Juga tidak ada informasi bahwa lumba-lumba mati ditemukan di suatu tempat di pantai Laut Hitam atau di negara-negara Laut Hitam lainnya," tambahnya.
Baca Juga: Sinematografer Sekuel Joker Optimis Lady Gaga akan Mampu Ciptakan Kegilaan Harley Quinn
Namun, para ilmuwan baru-baru ini menemukan sisa-sisa lumba-lumba mati di pantai di Taman Alam Nasional Tuzly Lagoons, dekat Lebedivka (Odesa Oblast).
Lumba-lumba tersebut diperkirakan tak bernyawa bukan akibat dari predator dalam laut.
“Kami sekali lagi menemukan sisa-sisa lumba-lumba mati di bagian gundukan pasir yang tidak dapat diakses oleh anjing dan serigala liar, di dekat tebing tinggi. Di sana lumba-lumba mengering, tetapi tidak dirusak oleh predator," ujarnya.
Dia juga menegaskan bahwa ini bukan lumba-lumba lainnya yang mati karena musim panas, hanya sisa dari akibat perang Rusia.
"Mempertimbangkan bahwa ini hanya sisa-sisa, kita dapat mengatakan bahwa hewan itu mungkin mati di tengah musim panas, ketika Ruscist secara aktif bergerak di sekitar laut dan menggunakan sonar," tegasnya.
Sejak awal invasi, Federasi Rusia telah membuat kerusakan lingkungan Ukraina lebih dari 37 miliar euro atau Rp570,5 triliun.***