Bukti Baru Covid-19 Terkuak, Tiongkok Disebut Berusaha untuk Menutup-Nutupi Kasus Virus Corona

7 Juni 2020, 15:05 WIB
Seorang dokter laboratorium di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, bersiap untuk melakukan pengujian asam nukleat pada spesimen coronavirus baru di Chongqing, Tiongkok, pada 3 Mei 2020.* /BUSINESS INSIDER/

PR TASIKMALAYA - Tiongkok hingga kini disebut telah menutup-nutupi terkait virus corona yang disebut muncul pertama kali di Wuhan.

Dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Daily Mail, bukti baru mengejutkan atas wabah pandemi telah ditemukan.

Sampel diambil dari pasien yang sakit dan dianalisis oleh setidaknya lima laboratorium dan telah mengonfirmasi keberadaan virus corona baru yang mematikan.

Baca Juga: Jalin Hubungan Lebih Erat, Inggris Siap Menjadi Mitra Dialog ASEAN

Hal itu terjadi jauh sebelum Tiongkok mengatakan kepada otoritas kesehatan global tentang penyakit menular yang diklaim tidak dikenal.

Pada hari Minggu, sebuah laporan mengungkapkan bahwa satu tim sudah menemukan bahwa virus menular.

Sementara yang lain telah menguraikan komposisi genetiknya, penting untuk mengembangkan tes diagnostik dan vaksin.

Namun pihaknya tidak langsung membritahukan dan butuh sepuluh hari bagi mereka untuk mengakui ada virus corona baru dan hal itu merupakan tiga minggu sebelum Beijing mengonfirmasi pada 20 Januari bahwa itu disebarkan oleh manusia.

Baca Juga: Berniat Mandi di Pantai Pasir Putih Nusakambangan, Seorang Pria Tenggelam dan Menghilang di Lokasi

"Tiongkok tahu virus baru itu ada Desember lalu tetapi gagal memberi informasi kepada publik atau berbagi dengan komunitas internasional," kata Lianchao Han, seorang aktivis pro-demokrasi.

Ia mengatakan bahwa sikapnya itu justru yang mungkin memperburuk pandemi ini saat ini.

Pengungkapan tersebut terkandung dalam penyelidikan panjang oleh Caixin, sebuah kelompok media independen.

Laporan berbahasa Mandarin itu telah dihapus secara online, meskipun versi bahasa Inggris yang lebih pendek masih ada namun tidak memiliki detail utama.

Baca Juga: Poligami Disahkan Oleh Hukum Agama, Perceraian di Arab Saudi Capai 7.000 Kasus Selama Lockdown

Laporan asli ini menunjukkan bahwa sebelum 31 Desember 2020 (ketika Tiongkok memberi tahu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang penyakit 'seperti pneumonia' yang misterius), sembilan sampel dari pasien telah dikirim ke laboratorium di seluruh negeri.

Satu sampel dari seorang pria berusia 65 tahun dibawa ke rumah sakit pada 18 Desember 2020 pergi ke pusat diagnostik yang dijalankan oleh perusahaan genomik di Guangzhou, Tiongkok Selatan.

Firma itu sangat prihatin dengan temuannya sehingga menelepon rumah sakit Wuhan pada 27 Desember 2020 untuk mulai membunyikan alarm, lalu mengirim staf paling seniornya ke kota.

"Mereka baru saja menelepon kami dan mengatakan itu adalah virus corona baru," kata seorang dokter.

Baca Juga: Poligami Disahkan Oleh Hukum Agama, Perceraian di Arab Saudi Capai 7.000 Kasus Selama Lockdown

Caixin juga menemukan sebuah unggahan media sosial oleh seorang peneliti di sebuah perusahaan swasta di Guangzhou yang mengatakan mereka langsung menyadari bahwa patogen itu menyerupai virus Sars corona yang ditularkan kelelawar yang memicu epidemi pada tahun 2003.

Laboratorium medis lain yang menguji sampel pasien Wuhan memperingatkan 'virus ditularkan melalui transmisi tetesan jarak dekat atau kontak dengan sekresi pernapasan pasien', dan itu 'jelas menular'.

Perusahaan ketiga yang menguji sampel menyelesaikan sekuensing gen pada 29 Desember 2020, yang menunjukkan kemiripan tinggi dengan Sars, meskipun pengujian mengonfirmasi itu adalah penyakit yang berbeda.

Sebuah laporan juga mengatakan bahwa pada bulan lalu Shi Zhengli, ilmuwan yang dikenal sebagai ahli Kelelawar untuk ekspedisi berburu sampelnya di gua-gua, diberangus setelah menyelesaikan pengurutan gen pada 2 Januari 2020 di Institut Virologi Wuhan.

Baca Juga: Sempat Tak Mau Akui Karena Malu, Seorang Pria Jalani Operasi Usai Masukan Kabel Lewat Kelamin

Laporan juga mengungkapkan direktur institut menyampaikan peringatan dari Komisi Kesehatan Nasional untuk tidak mempublikasikan tes atau data.

Caixin membenarkan ada perintah yang melarang publikasi informasi tentang 'hasil pengujian patogen atau kegiatan eksperimental' tanpa persetujuan resmi.

Delapan hari kemudian, urutan diterbitkan pada platform akses terbuka atas nama profesor Shanghai. Laboratoriumnya ditutup untuk 'perbaikan'.

Pejabat Tiongkok kemudian baru merilis genom tetapi tidak mengakui penyakit tersebut menular antar manusia, sampai 20 Januari 2020.

Baca Juga: Studi Baru Sebut Bahwa Pria Botak Memiliki Risiko Lebih Tinggi Alami Kematian Akibat Covid-19

Caixin menemukan urutan paling awal dikumpulkan pada 24 Desember 2020, dan itu cocok dengan tangkapan layar dalam posting media sosial.

Rekaman pertemuan WHO yang bocor pekan lalu mengungkapkan kekecewaan atas kegagalan Tiongkok untuk berbagi data, bahkan ketika lembaga itu memuji tanggapannya di depan umum.

Satu studi menemukan bahwa jika Tiongkok bertindak tiga minggu lebih cepat, itu akan mengurangi 95% kasus.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler