Sikap Iran Memicu Donald Trump Menyerang dan Tewaskan Komandan Jederal Paling Kuat

4 Januari 2020, 13:22 WIB
Donald Trump.* /REUTERS/

PIKIRAN RAKYAT - Perpecahan Iran-AS berawal saat 8 Juli 2019 Donald Trump, Presiden AS, menembak jatuh doren Iran di Selat Hromuz.

Penyerangan yang diperintahkan oleh Trump ini dilakukan karena adanya sikap Iran yang telah menyita kapal tanker minyak asing di Teluk Persia.

Puncaknya Donald Trump memerintahkan serangan rudal yang tewaskan jenderal paling kuat Qassem Soleimani.

Baca Juga: OC Kaligis Meminta Pengusutan Kembali Atas Segala Tindakan Novel Baswedan

Kejadian ini terjadi di Iran pada dini hari Jumat, 3 Januari 2020.

Soleimani dilanda pemogokan drone, sementara sekutu lokal dari Unit Mobilisasi Populer (PMU) mengusirnya dari Bandara Baghdad.

Selain Soleimani, rekan yang dekat dengannya juga tewas dalam serangan tersebut.

Rekan tersebut yakni adalah Abu Mahdi al-Muhandis, Pemimpin de Facto PMU.

"Jenderal Soleimani secara aktif mengembangkan rencana untuk menyerang diplomat Amerika dan Anggota layanan di Irak dan di seluruh wilayah," menurut pernyataan dari Pentagon.

Baca Juga: Banjir Awal Tahun 2020 Berikan Dampak pada Inflasi di Indonesia

Pemogokan yang terjadi bertujuan untuk halangi rencana serangan Iran di masa depan.

Dalam keterangan ini, rencana ditujukan Trump untuk menghalangi rencana serangan oleh Iran di masa yang akan datang.

AS juga akan terus mengambil sikap jika diperlukan untuk melindungi warga dan kepentingan di seluruh dunia.

Tindakan ini dilakukan Trump semata karena untuk mencegah adanya serangan dari Iran.

Baca Juga: Polres dan Danramil Tasikmalaya Amankan Aksi Orasi Ribuan Santri di Depan Sebuah Mini Market

Beberapa menit sebelum pengumuman peluncuran rudal, Trump mengunggah tweet Bendera AS tanpa komentar.

Gedung Putih juga keluarkan pernyataan bahwa kejadian tersebut merupakan tindakan tegas yang  dilakukan atas poerintah Presiden.

Setelah melakukan pembantaian tersebut, di akun twitter pribadinya @realDonaldTrump juga menulis ancaman pada Iran.

"Iran tidak pernah memenangkan perang, tetapi tidak pernah kehilangan negosiasi," tulisnya.

Baca Juga: 5 Penanganan Pertama Pasca Mobil Terendam Banjir

Kejadian ini menjadi trending nomor satu di twitter dengan judul World War 3.

Masyarakat menganggap bahwa ini merupakan perang masa depan yang akan terjadi setelah lama berakhirnya perang dunia ke-2.

Ketegangan yang melibatkan beberapa negara paling kuat di kawasan Teluk serta militer paling kuat di dunia ini dikhawatirkan akan berbuntut panjang dan terjadi peperangan yang semakin besar.*** (Rahmi Nurlatifah/PR)

Artikel ini pernah tayang di Pikiran-Rakyat.com dengan judul Ribut Iran-AS sebagai World War 3, Trump: Iran Tidak akan Pernah Menang!

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler