Studi Baru Sebut Risiko Infeksi Ulang Omicron 5,4 Kali Lipat Lebih Tinggi Dibandingkan dengan Delta

18 Desember 2021, 10:59 WIB
Sebuah studi yang dilakukan di Inggris menyebut bahwa Omicron dapat melakukan infeksi ulang dengan risiko 5,4 kali lebih tinggi dari Delta. //PIXABAY/Alexandra_Koch

PR TASIKMALAYA – Studi baru menunjukkan bahwa risiko infeksi ulang dengan varian Omicron lima kali lebih tinggi dan tidak menunjukkan tanda-tanda lebih ringan daripada Delta.

Pernyataan soal Omicron itu merupakan hasil dari penelitian Imperial College London didasarkan pada data Badan Keamanan Kesehatan Inggris dan Layanan Kesehatan Nasional.

Penelitian terkait Omicron dilakukan pada orang-orang yang dites positif Covid-19 dalam tes PCR di Inggris antara 29 November dan 11 Desember.

"Kami tidak menemukan bukti (untuk risiko kehadiran rawat inap dan status gejala) Omicron memiliki tingkat yang lebih ringan yang berbeda dari Delta," kata studi tersebut.

Baca Juga: Ramalan Jayabaya Sebut Pulau Jawa akan Terbelah Jadi 2 Jika Hal Besar Ini Terjadi, Berkaitan dengan Politik?

Meskipun demikian, mereka menambahkan bahwa data rawat inap masih sangat terbatas.

“Mengontrol status vaksin, usia, jenis kelamin, etnis, status tanpa gejala, wilayah dan tanggal spesimen, Omicron dikaitkan dengan risiko infeksi ulang 5,4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan Delta,” ungkap studi tersebut, dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Reuters.

Perlindungan yang diberikan oleh infeksi masa lalu terhadap infeksi ulang dengan Omicron mungkin serendah 19 persen.

Baca Juga: Sevilla vs Atletico, Los Palanganans Ingin Dekati Madrid, Suarez Tanpa Griezmann

Imperial College (ICL) mencatat bahwa penelitian tersebut belum ditinjau oleh rekan sejawat.

Para peneliti menemukan peningkatan risiko yang signifikan untuk mengembangkan kasus Omicron simtomatik dibandingkan dengan Delta bagi mereka yang dua minggu atau lebih melewati dosis vaksin kedua mereka.

Penelitian ini melibatkan vaksin AstraZeneca dan Pfizer.

Baca Juga: Ikatan Cinta 18 Desember 2021: Isi Brangkas Papa Hartawan Buat Aldebaran Frustasi

Tergantung pada perkiraan yang digunakan untuk efektivitas vaksin terhadap infeksi simtomatik dari varian Delta, ini berarti efektivitas vaksin antara 0 persen dan 20 persen setelah dua dosis, dan antara 55 persen dan 80 persen setelah dosis booster.

"Studi ini memberikan bukti lebih lanjut tentang sejauh mana Omicron dapat menghindari kekebalan sebelumnya yang diberikan oleh infeksi atau vaksinasi," kata pemimpin studi Profesor Neil Ferguson dalam pernyataan ICL.

"Tingkat penghindaran kekebalan ini berarti bahwa Omicron menimbulkan ancaman besar dan cepat bagi kesehatan masyarakat," jelasnya.

Baca Juga: Kode Redeem PUBG Mobile, 18 Desember 2021, Raihlah 25 Hadiah dan Dapatkan Backpack Skin dari Tencent Games

Tetapi Dr Clive Dix, mantan Ketua Gugus Tugas Vaksin Inggris, mengatakan penting untuk tidak menginterpretasikan data secara berlebihan.

"Kesimpulan yang dibuat didasarkan pada asumsi tentang Omicron di mana kami masih belum memiliki data yang cukup," kata Dr Dix.

"Misalnya, kami tidak memiliki data tentang respons imun seluler yang sekarang mungkin mendorong efektivitas vaksin. Ini adalah asumsi penting yang hilang dalam pemodelan," sambungnya.

Baca Juga: Christian Eriksen Putus Kontrak dengan Inter Milan karena Masalah Jantung

Beberapa kesimpulan berbeda dengan data yang muncul dari Afrika Selatan, di mana vaksin bertahan dengan baik terhadap penyakit parah dan kematian saat ini.

"Ada sejumlah besar ketidakpastian dalam perkiraan model ini dan kami hanya bisa yakin tentang dampak booster terhadap Omicron ketika kami memiliki satu bulan lagi data tentang jumlah dan kematian ICU rawat inap," ujarnya.

Data yang dianalisis oleh Imperial College didasarkan pada 333.000 kasus, termasuk 122.062 Delta dan 1.846 yang dikonfirmasi sebagai varian virus corona Omicron melalui sekuensing genom.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler