Resmi! Taliban Larang Penggunaan Mata Uang Asing untuk Transaksi Perdagangan di Afghanistan

3 November 2021, 16:30 WIB
Taliban resmi melarang penggunaan mata uang asing di negara Afghanistan untuk transaksi perdagangan. /REUTERS/Stringer

PR TASIKMALAYA - Taliban telah memberi pengumuman untuk melarang total penggunaan mata uang asing di Afghanistan.

Taliban khawatir akan adanya gangguan ekonomi yang akan menyebabkan kehancuran bila menggunakan transaksi mata uang asing di negara tersebut.

Pada hari Selasa kemarin, 2 November 2021 Serangan bom terjadi di rumah sakit militer terbesar Afghanistan di ibukota, Kabul, menewaskan sedikitnya 19 orang dan melukai puluhan lainnya.

Baca Juga: Warga Palestina Tolak Kesepakatan Israel Soal Pengesahan Kepemilikan Rumah: Hak Atas Tanah Air Kami

“Imarah Islam menginstruksikan semua warga, pemilik toko, pedagang, pengusaha dan masyarakat umum untuk  melakukan semua transaksi di Afghanistan dan secara ketat menahan diri dari menggunakan mata uang asing,” kata juru bicara Taliban, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Aljazeera.

"Siapa pun yang melanggar perintah ini akan menghadapi tindakan hukum," sambungnya.

Penggunaan dolar AS tersebar luas di pasar Afghanistan, sementara daerah perbatasan menggunakan mata uang negara tetangga seperti Pakistan untuk transaksi perdagangan.

Baca Juga: Beda dari Nagita Slavina, Raffi Ahmad Akui Tak Suka dengan Barang-barang Mahal: Gua itu Orangnya...

Pemerintah Taliban mendesak pembebasan miliaran dolar cadangan bank sentral saat negara yang dilanda kekeringan itu menghadapi krisis uang tunai, kelaparan massal dan krisis migrasi baru.

Pemerintah Afghanistan sebelumnya yang didukung Barat telah memarkir miliaran dolar aset di luar negeri dengan Federal Reserve Amerika Serikat dan bank sentral lainnya di Eropa.

Tetapi setelah Taliban mengambil alih negara itu pada bulan Agustus, AS, serta Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF), memutuskan untuk memblokir akses Afghanistan ke aset dan pinjaman lebih dari $9,5 miliar.

Baca Juga: 30 Hari Sebelum Meninggal, Hana Kirana Punya Firasat: Roh Aku Melayang ke Luar

Keputusan itu berdampak buruk pada sektor kesehatan Afghanistan dan lainnya, yang semuanya berjuang untuk melanjutkan operasi di tengah pengurangan bantuan internasional.

Bahkan, Program Pangan Dunia mengatakan sekitar 22,8 juta orang lebih dari setengah dari 39 juta penduduk Afghanistan menghadapi kerawanan pangan akut dan berbaris menuju kelaparan, dibandingkan dengan 14 juta hanya dua bulan lalu.

Krisis pangan, yang diperburuk oleh perubahan iklim, sangat mengerikan di Afghanistan bahkan sebelum pengambilalihan oleh Taliban.

Baca Juga: Sule Beberkan Alasan Jarang Tampil di TV dan Juga Ungkap Kondisi Nathalie Holscher

Termasuk kelompok-kelompok bantuan mendesak negara-negara yang prihatin dengan hak asasi manusia di bawah Taliban.

Sama halnya untuk terlibat dengan penguasa baru untuk mencegah keruntuhan yang mereka katakan dapat memicu krisis migrasi serupa dengan eksodus 2015 dari Suriah yang mengguncang Eropa.***

Editor: Aghnia Nurfitriani

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler