Keistimewaan Menikah di Bulan Syawal, Sunnah atau Mitos?

- 21 April 2023, 12:14 WIB
Ilustrasi. Menjawab mitos atau sunnah sebetulnya keistimewaan menikah di bulan Syawal.
Ilustrasi. Menjawab mitos atau sunnah sebetulnya keistimewaan menikah di bulan Syawal. /Pixabay/StockSnap

PR TASIKMALAYA – Menikah merupakan salah satu bentuk ibadah terpanjang dalam Islam, bahkan seseorang yang telah menikah juga dianggap telah menyempurnakan separuh agamanya.

Sesuai sabda Rasulullah SAW, apabila seseorang sudah memiliki kemampuan untuk menikah, maka hendaklah segera menikah.

“Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki kemampuan, maka menikahlah, karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sebentar lagi kita akan menghadapi bulan Syawal, ada sejumlah alasan bulan Syawal menjadi bulan yang baik untuk menikah.

Baca Juga: Cara Mudah Ajukan Pinjaman KUR BCA 2023 untuk Bisnis Properti

Dalam kitab Al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Rasulullah SAW menikahi Aisyah untuk mematahkan mitos atas keyakinan yang salah di sebagian masyarakat, yaitu tidak suka menikah di antara dua Id, yang mana bulan Syawal termasuk di antara Idulfitri dan Iduladha.

Mereka khawatir akan terjadi perceraian, mereka beranggapan bahwa unta betina mengangkat ekornya (syaalat bidzanabiha) pada bulan Syawal sebagai tanda unta betina tidak mau dan enggan untuk menikah, sebagai tanda juga menolak unta jantan yang mendekat, maka para wanita juga menolak untuk dinikahi dan para wali pun enggan menikahkan putri mereka.

Untuk menghilangkan kepercayaan menyimpang tersebut, pernikahan di bulan Syawal pun dijadikan sebagai ibadah, sebagai sunnah Rasulullah SAW.

Dari Sayyidatina Aisyah radhiyallahu'anha berkata:

Baca Juga: Bolu Lebaran Hampir Jadi tapi Malah Ada Kesalahan, Jenius Coba Cari Apa yang Berbeda pada Gambar Tes IQ-nya

تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَوَّالٍ وَبَنَى بِي فِي شَوَّالٍ فَأَيُّ نِسَاءِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّي

Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menikahiku pada bulan Syawwal dan berkumpul denganku pada bulan Syawwal. Maka siapa di antara istri-istri beliau yang lebih beruntung dariku?"( HR Muslim no. 2551, At-Tirmidzi no. 1013, An-Nasai no. 3184, Ahmad no. 23137).

Mengenai hadist tersebut maka Imam An-Nawawi ra., dalam Kitab Tuhfatul Ahwadzi, mengungkapkan bahwa hadis ini berisikan anjuran menikah di bulan Syawal.

Aisyah bermaksud dengan ucapannya tersebut adalah untuk menolak tradisi atau kebiasaan masyarakat pada zaman Jahiliyah, dan anggapan mereka bahwa menikah pada bulan Syawal tidak baik.

Baca Juga: 10 Rekomendasi Masjid untuk I'tikaf di Kota Bandung

Ini adalah suatu kebathilan yang tidak memiliki dasar. Mereka meramalkan demikian adalah karena kata Syawal mengandung arti menanjak atau tinggi.

Sejatinya tak ada hari sial ataupun bulan sial di dalam Islam, semua waktu adalah baik. Sebagaimana sejarah Rasulullah SAW yang menikahi tiga istrinya di bulan Syawal, dari Saudah binti Zam’ah, Aisyah binti Abu Bakar, dan Ummu Salamah.***

Editor: Al Makruf Yoga Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah