Tampak Sama Padahal Beda, Ini Dia Perbedaan Baby Blues dan Depresi Pasca Melahirkan

17 November 2023, 21:18 WIB
Simak cara untuk mendapatkan Rp750.000 untuk ibu hamil di link dalam artikel ini dan cek daftar penerima PKH tahap 4. /Pixabay/Pexels

PR TASIKMALAYA - Kondisi setelah melahirkan merupakan momen penting yang dialami oleh para ibu. Dengan situasi baru, tak sedikit para ibu yang sulit menyesuaikan diri hingga mengalami stres.

Stres pasca melahirkan ternyata mengindikasikan dua kondisi yakni baby blues dan depresi pasca melahirkan. Meski tampak sama, tetapi ada perbedaan antara baby blues dan depresi pasca melahirkan.

Dokter spesialis Kesehatan jiwa Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI) dr. Danti Filiadini Sp. KJ mengungkapkan bahwa perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari durasi waktu kesedihan yang dialami oleh sang ibu.

Menurutnya, durasi kesedihan baby blues biasanya dialami kurang dari dua minggu. Sedangkan depresi pasca melahirkan terjadi lebih dari dua minggu dan lebih lama.

Baca Juga: Kenali Gejala dan Penyebab Baby Blues pada Ibu setelah Melahirkan

"Kalau baby blues itu kurang dari dua minggu jadi sifatnya lebih sementara, sedangkan depresi post partum durasinya harus lebih dari dua minggu jadi kesedihan dan suasana hati yang depresi itu menetap nggak mudah mereda,” kata Danti seperti dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Antara.

Kemudian Danti juga menjelaskan bahwa depresi pasca melahirkan kerap tidak terdiagnosis karena jarang diperlihatkan oleh para ibu. Menurutnya, tak sedikit ibu-ibu yang menyembunyikan gejala depresi mereka karena khawatir dinilai lemah dan kurang bersyukur.

Selain itu, ia menyatakan bahwa kekhawatiran para ibu setelah melahirkan adalah komentar orang lain yang membandingkan anaknya hingga mengkritik keadaannya setelah melahirkan.

Padahal menurut Danti, hormon ibu setelah melahirkan sedang dalam keadaan tidak stabil sehingga rentan mengalami depresi jika memendam perasaan tersebut dan bisa berdampak negatif pada anak hingga orang di sekitar.

Baca Juga: Tak Hanya Menyehatkan, Lari Juga Bisa Jadi Terapi Tambahan untuk Depresi

“Kalau depresi juga motivasi untuk beraktivitas jadi turun, emosinya meledak-ledak dan sulit dikendalikan, akhirnya dia nggak fokus untuk mengurus anaknya, tidak bisa memberikan ASI, tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari bahkan perawatan dirinya kurang otomatis kesehatan anaknya bisa terdampak,” ujarnya.

Gejala Depresi Pasca Melahirkan

Danti pun akhirnya menjelaskan gejala depresi pasca melahirkan yakni:

1. Hilang minat pada kegiatan sehari-hari
2. Mengalami gangguan tidur atau terlalu banyak tidur
3. Lebih mudah gelisah
4. Gerakan jadi terlihat lambat
5. Lesu
6. Terganggu konsentrasi
7. Adanya pikiran untuk mengakhiri hidup

"Kalau ada minimal lima gejala dalam dua minggu serta ada distress dan disfungsi dalam sehari-hari itu bisa dibilang mengalami depresi,” tutur Danti menambahkan.

Berbeda dengan baby blues, menurut Danti, kondisi baby blues terjadi sementara dengan gejala yang lebih ringan dan tidak menimbulkan potensi menyakiti diri.

Baca Juga: Waspada! Hasil Penelitian Sebut Depresi Bisa Jadi Penyebab Diabetes Melitus Tipe 2

Dia akhirnya memberikan presentase para ibu yang mengalami depresi pasca melahirkan dan baby blues menurut data dari Organisasi Kesehatan Internasional (WHO).

"Angka kejadian depresi post partum ini satu dari tujuh wanita dapat mengalami depresi post partum dan dari data who sebesar 50 sampai 70 persen Ibu paska melahirkan di Indonesia mengalami baby blues, sementara sebesar 22,3 persen itu mengalami depresi postpartum,” ucapnya.

Danti lalu memberikan saran untuk para ibu bagi yang ingin melakukan skrining secara online agar mengetahui kondisi diri mengarah ke depresi atau hanya baby blues.

Skrining online tersebut bisa dilakukan melalui Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Kendati demikian, ia meminta para ibu untuk tidak melakukan diagnosa sendiri.

Dia menyarankan para ibu khususnya yang baru melahirkan atau keluarga terdekat untuk tetap melakukan konsultasi dengan tenaga profesional dan jangan ragu untuk berbagi cerita pada orang yang dipercaya.***

Editor: Wulandari Noor

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler