Eiger Terapkan Produk Ramah Lingkungan, Hasilkan Tas Ecosavior Berbahan Dasar Polyester Recycle

29 Agustus 2023, 16:40 WIB
Inovasi produk Eiger, Ecosavior ditunjukkan oleh Product Research & Development di PT Eigerindo Multi Produk yaitu Oki Lutfi Nurdin dalam Journalist Camp 2023 PRMN x Eiger. /Patriot Bekasi/M Hafni Ali

PR TASIKMALAYA - Memasuki era modern seperti saat ini, semua sektor terus mengimbangi setiap produknya sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi yang diterapkan. Salah satunya produk outdoor Eiger yang menjunjung setiap produknya agar sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.

Eiger merupakan salah satu penyedia perlengkapan outdoor yang produknya sudah banyak digemari masyarakat penggiat penjelajahan, yang mana hasil dari produk-produknya dinilai ramah lingkungan.

Hal tersebut senada dengan penjelasan dari Product Research & Development PT Eigerindo Multi Produk Industri (MPI) Oki Lutfi Nurdin, yang mengatakan bahwa inovasi produk-produk Eiger sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman, termasuk kebutuhan ramah lingkungan yang saat ini diterapkan di kehidupan masyarakat.

"Isu lingkungan sudah terdengar sejak lama bahkan sejak saya masuk Eiger di tahun 2002. Produk harus ramah lingkungan tapi dulu belum terlalu ramai karena teknologi belum support seperti bahan-bahan dan prosesnya lebih rumit dan mahal. Jika dulu menggunakan bahan-bahan tersebut dan dijual maka akan berat diterima konsumen. Tapi makin kesini teknologi semakin berkembang, sehingga cost menurun, jadi sudah mulai diaplikasikan ke produk-produk dengan bahan ramah lingkungan," ujar Oki dalam acara Journalist Camp PRMN x Eiger di Campervan Camp Sari Ater Subang pada Kamis, 24 Agustus 2023.

Baca Juga: Berkat Shopee Live, Eiger Ukir Rekor Omzet 16 Kali Lipat

Oki juga menjelaskan bahwa Eiger telah memproduksi tas dengan ramah lingkungan, di antaranya tas Ecosavior yang berbahan botol bekas atau polyester recycle. Bahkan, tas tersebut menggunakan frame dari bambu yang juga ramah lingkungan.

"Sekarang sudah diaplikasikan ke produk-produk dengan material ramah lingkungan karena memang teknologinya sudah mendukung dan hampir semua industri outdoor di dunia sudah bergerak menuju ke sana. Salah satunya tas berbahan botol bekas yang disebut dengan Ecosavior," katanya.

"Tas Ecosavior ini berbahan polyester recycle atau bahan-bahan plastik yang diolah menjadi kain dan dipintal lagi melalui proses industri. Frame-nya terbuat dari bambu, yang mana biasanya frame tradisional terbuat dari logam dan alumunium," tambah Oki.

Tak hanya itu, ia juga memaparkan bahwa Eiger menggandeng pengrajin lokal untuk membuat frame tas Ecosavior tersebut, sehingga bisa meningkatkan nilai ekonomis produk.

Baca Juga: Pencarian Identitas Diri Terhadap Lingkungan: Kekuatan Pemuda dan Media Berita

"Pengrajinnya juga dari lokal. Sehingga bisa meningkatkan nilai ekonomis juga. Keunikan lainnya ada fitur sampah, tempat untuk menampung sampah. Inovasi tas ini juga diobservasi hasil dari para konsumen yang terkadang masih membuang sampah sembarangan," tuturnya.

Kemudian, Oki pun membeberkan jika Eiger telah memproduksi tas Keba yang terinspirasi dari tas Suku Dayak di Kalimantan yang dibuat dengan sentuhan modern agar bisa lebih diterima oleh konsumen.

"Ada juga tas Keba, idenya didapat saat ekspedisi Borneo. Saat riset ke Kalimantan, kami menemukan alat angkut masyarakat Dayak dari rotan, dan itu sangat fungsional. Dan kita buat tas ini dengan frame tradisional yang diterapkan dengan desain lebih modern yang bisa diterima konsumen. Tas ini juga sangat kuat, kalau misal saat ekspedisi ada yang cedera, bisa diangkut pakai ini," ungkapnya.

Di sisi lain, Oki juga menyampaikan bahwa sebuah produk perlu disesuaikan dengan kebutuhan para konsumen yang didasarkan dengan perkembangan teknologi yang sesuai, termasuk produk-produk untuk pencinta petualangan. 

Baca Juga: Kecerobohan Wartawan Saat Liputan di Alam Bebas: 'Alam Mengandung Bahaya, Kita Mengundang Bahaya'

"Dunia petualangan berkembang sesuai zamannya berdasarkan teknologi yang sedang berkembang. Awal-awal tahun penjelajahan di tahun 1800-an, peralatan pendakian dituntut harus kuat karena medannya belum terjamah. Lama-lama setelah jalur pendakian mulai terjamah, orang-orang mulai mengejar tantangan lain, salah satunya kecepatan," ucapnya. 

"Sehingga dengan adanya hal tersebut, requirement produk pun harus menyesuaikan yang asalnya berat harus ringan, yang asalnya kaku kini harus mendukung gerak. Hingga makin ke sini, zamannya berubah maka alat pendakian pun tidak hanya harus ringan saja, tetapi harus high tech dan sustain," tambah Oki. 

Lebih lanjut, kata Oki, apabila setiap inovasi produk yang dihasilkan ingin disukai para konsumen, perlu dilakukan observasi langsung ke lapangan, seperti melihat perilaku konsumen ataupun melihat data-data penjualan. 

"Sebetulnya kalau kita ingin tahu produk yang disukai konsumen, kita melihat data penjualan atau ngobrol sama orang-orang di toko. Namun karena sekarang ini teknologi semakin canggih, mencari data bisa dari mana saja seperti dari big data Eiger, riset bantuan dari pihak survei, atau tetap dengan cara konvensional dengan datang ke lapangan melihat perilaku konsumen," tutur Oki.***

Editor: Aghnia Nurfitriani

Tags

Terkini

Terpopuler