Apa Itu Kremasi? Penjelasan Soal Kepercayaan pada Api Layaknya Roh Naik ke Surga

17 Desember 2021, 11:28 WIB
ILUSTRASI - Berikut penjelasan soal kremasi, dalam sejarah neo-klasik berada di sisi kemajuan, kepercayaan pada api layaknya roh naik ke surga.* /Foto: Pixabay/Alexas_Fotos/

PR TASIKMALAYA - Seperti diketahui, kremasi dalam sejarah neo-klasik berada di sisi kemajuan.

Namun, kremasi itu tidak harus berpihak pada revolusi, sekularisme, materialisme dan kultus nalar yang baru.

Filolog bernama Jacob Grimm, dalam pidatonya di Akademi Berlin pada tahun 1849, menyatakan bahwa munculnya kremasi di zaman pra-klasik telah mewakili langkah maju dalam pengembangan spiritual atau mental suatu bangsa.

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari laman The Guardian, Grimm mengungkapkan bahwa penggunaan api membedakan manusia dari hewan, pada Jumat, 17 Desember 2021.

Baca Juga: Nia Ramadhani Ingin jadi Ibu yang Baik, Istri Ardie Bakrie: Siap Kembali

Ia berpendapat bahwa itu bertepatan dengan munculnya kepercayaan pada api layaknya roh naik ke surga.

Sedangkan, daging alias jasab itu dipercaya terikat di bumi.

Pengorbanan yang dibakar adalah cara untuk menghubungkan manusia dan para dewa.

Secara umum, Grimm menuturkan ada manfaat estetika dari kuburan yang berapi-api.

Baca Juga: Profil Singkat Wander Luiz, Resmi Hengkang dari Persib Bandung

Lebih lanjut, dirinya mengatakan bahwa kremasi juga praktis yang mana abu seorang jasad lebih mudah dibawa.

Bagi Grimm hal itu rasional, pasalnya api melakukan dengan cepat apa yang dilakukan bumi secara perlahan.

Menurutnya, membakar orang yang telah meninggal dunia berarti menghormati zaman kuno.

Dengan kata lain, sebuah tindakan kremasi pada seseorang yang telah meninggal dunia berada di sisi kemajuan.

Baca Juga: Sesali Pakai Narkoba dan Mengaku Salah, Nia Ramadhani: Hidup Saya Sudah Rusak

Lebih lanjut, Grimm menyinggung terkait stigma orang-orang yang tidak mau melakukan tindakan lain selain kremasi yaitu penguburan itu lembap dan mengerikan.

Dia juga tidak berpikir bahwa kembali ke praktik kuno akan mudah.

"Penguburan terlalu tertanam dalam sistem simbolis Kristen dari orang mati yang sedang tidur," ujar Grimm.

"Akhirnya mereka bangkit ke dalam kehidupan abadi," pungkasnya.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler