PR TASIKMALAYA - Vaksinasi menjadi hal penting yang dilakukan hampir seluruh dunia dalam menghindari penyebaran virus corona atau Covid-19.
Setelah semakin banyak orang yang divaksin, perhatian beralih kepada vaksin penguat untuk terlindung dari varian Covid-19 yang baru.
Vaksin booster dirancang untuk memperkuat respons kekebalan tubuh terhadap antigen atau "penyerbu asing" yang telah disiapkan untuk ditanggapi oleh vaksin Covid-19 sebelumnya.
Para ilmuwan masih mempelajari berapa lama kekebalan yang diberikan oleh vaksin Covid-19 bertahan, dan apakah vaksin itu efektif melawan varian baru virus yang telah muncul.
Seperti diketahui bahwa kumpulan vaksin saat ini memicu sistem kekebalan tubuh kita untuk menghasilkan sel yang melindungi dari penyakit parah akibat Covid-19.
Sel yang dihasilkan berupa Sel T "pembunuh", yang mengenali sel yang terinfeksi virus dan membunuhnya.
Ada pula yang disebut sel "memori B" yang mengingat virus dan memanggil sistem kekebalan untuk bertindak jika virus mencoba menginfeksi seseorang setelah vaksinasi.
"Kita tidak boleh membiarkan perdebatan tentang booster menyebabkan negara-negara kaya memegang jutaan dosis 'berjaga-jaga'," ungkap dr. Amir Khan dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Al Jazeera pada Kamis 22 Juli 2021.
"Semakin cepat dunia divaksinasi, semakin sedikit risiko varian yang muncul dan semakin cepat kita semua bisa aman dari virus," sambungnya.
Pada tanggal 8 Juli, Pfizer-BioNTech mengumumkan bahwa mereka berencana untuk mengajukan otorisasi darurat untuk dosis booster vaksinnya.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan Food and Drug Administration (FDA) merilis pernyataan bersama terkait vaksin Pfizer sebagai booster.
“Orang yang divaksinasi lengkap terlindungi dari penyakit parah dan kematian, termasuk dari varian yang saat ini beredar di negara ini seperti Delta," ungkap pernyataan CDC dan FDA.
Baca Juga: Kalahkan Indonesia, Kota Brisbane Didapuk Jadi Tuan Rumah Olimpiade Tahun 2032
“Orang Amerika yang telah divaksinasi lengkap tidak memerlukan suntikan booster saat ini," sambungnya.
"FDA, CDC, dan NIH (Lembaga Nasional untuk Kesehatan) terlibat dalam proses ketat berbasis sains untuk mempertimbangkan apakah atau kapan booster mungkin diperluka, kami siap untuk dosis booster jika dan ketika sains menunjukkan bahwa mereka dibutuhkan,” lanjut pernyataan tersebut.
Sejauh ini, penelitian menunjukkan bahwa respons imun dari vaksin COVID-19 yang ada tetap kuat setidaknya selama delapan bulan.
Penting untuk diingat bahwa vaksin COVID-19 baru benar-benar berjalan pada bulan Desember 2020.
Data mengenai efektivitas jangka panjangnya masih dikumpulkan. Seiring berjalannya waktu, kita akan melihat bahwa bagaimana efek bertahan lebih lama dari ini.
Intinya adalah lebih banyak data dunia nyata diperlukan, dan kebijakan harus didorong oleh data dan bukan dorongan dari perusahaan obat.
Urgensinya saat ini bukanlah memberikan booster ke tangan mereka yang sudah divaksinasi lengkap.
Tetapi, memberikan orang-orang di seluruh dunia yang belum menerima vaksin sama sekali.
Semakin cepat dunia divaksinasi, semakin sedikit risiko varian yang muncul dan semakin cepat kita semua bisa aman dari virus.***