Harga Minyak Naik, Kemungkinan Disebabkan Akibat Stimulus Ekonomi di Amerika Serikat

- 23 Oktober 2020, 12:45 WIB
Ilustrasi kilang minyak.
Ilustrasi kilang minyak. //PIXABAY//Harry Stilianou

PR TASIKMALAYA - Harga minyak naik pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), didorong oleh kemungkinan paket stimulus ekonomi di Amerika Serikat.

Namun untuk pulih sepenuhnya dari kerugian sesi sebelumnya ketika persediaan bensin Amerika Serikat lebih tinggi, menandakan prospek permintaan yang memburuk diakibatkan kasus virus corona melonjak.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember ditutup 73 sen lebih tinggi menjadi 42,46 dolar AS per barel.

Baca Juga: Kontribusi PBD Nasional Tinggi, Ketua MPR: Vaksinasi Covid-19 di Pulau Jawa Patut Diprioritaskan

Minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember juga terangkat 61 sen menjadi menetap di 40,64 dolar AS per barel.

Kedua kontrak minyak mentah merosot lebih dari tiga persen dalam penurunan harian tertajam mereka dalam tiga minggu terakhir pada Rabu 21 Oktober 2020.

Saham-saham di Wall Street juga naik pada Kamis, 22 Oktober 2020 dalam perdagangan berombak.

Saat para investor menyambut prospek lebih banyak stimulus fiskal untuk mendukung ekonomi AS yang rusak akibat pandemi, dengan lebih banyak data menunjukkan pemulihan pasar tenaga kerja yang melambat.

Baca Juga: Belum Resmi Debut, ENHYPEN Sudah Raih Prestasi Lewat Channel Youtubenya

”Stok bensin AS naik 1,9 juta barel pekan lalu, dibandingkan dengan ekspektasi penurunan 1,8 juta barel. Produk keseluruhan yang dipasok - mewakili permintaan - rata-rata 18,3 juta barel per hari (bph) dalam empat minggu hingga 16 Oktober 2020,” ucap Badan Informasi Energi (EIA) mengatakan pada Rabu 21 Oktober 2020.

Angka rekor harian baru infeksi Covid-19 di beberapa negara bagian AS dan di Eropa, bersama dengan penguncian virus corona lebih lanjut dan tindakan keras Tiongkok pada perjalanan keluar, semuanya menjadi pertanda buruk bagi permintaan bahan bakar.

Memperburuk prospek, harapan bahwa anggota parlemen AS akan mencapai kesepakatan dengan Gedung Putih pada paket stimulus ekonomi meredup  setelah Presiden Donald Trump menuduh Demokrat menahan kesepakatan kompromi pada hari Rabu 21 Oktober 2020, malam.

"(Kesepakatan) mungkin memperbaiki nada permintaan selama satu atau dua minggu," kata Lachlan Shaw, kepala penelitian komoditas di National Australia Bank. 

Baca Juga: Banyak Warga Ragukan ke Halalan Vaksin Covid-19, LPPON MUI: Tunjukan Realitas Religius Indonesia

Menambah kekhawatiran pasokan, ekspor minyak Libya dengan cepat meningkat memasuki Oktober ketika pemuatan dimulai kembali setelah pelonggaran blokade oleh pasukan timur.

Produksi Libya telah pulih menjadi sekitar 500.000 barel per hari dan pemerintah di Tripoli memperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun.

Goldman Sachs memperkirakan rata-rata harga Brent naik menjadi 59,40 dolar AS tahun depan dari 43,90 dolar AS tahun ini, dan WTI naik menjadi 55,90 dolar AS dari 40,10 dolar AS per barel.***

 

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x